BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Peserta didik merupakan salah satu unsur kegiatan
belajar mengajar dimana dalam proses belajar mengajar itu peserta didik perlu
untuk dikelompok-kelompokkan. Pengelompokan atau lazim dikenal dengan grouping didasarkan atas pandangan bahwa
disamping peserta didik tersebut mempunyai kesamaan, juga mempunyai perbedaan. Kesamaan-kesamaan
yang ada pada peserta didik melahirkan pemikiran penempatan pada kelompok yang
sama, sementara perbedaan-perbedaan yang ada melahirkan pemikiran pengelompokan
mereka pada kelompok yang berbeda.
Jika perbedaan antara peserta didik satu
dengan yang lain dicermati lebih mendalam, akan didapati perbedaan antara
individu dan perbedaan intra individu. Yang pertama berkenaan dengan berbedanya
peserta didik satu dengan yang lain dalam kelas, dan yang kedua berkenaan
dengan berbedanya kemampuan masing-masing peserta didik dalam berbagai mata
pelajaran atau bidang studi. Perbedaan antar peserta didik dan intra peserta
didik ini mengharuskan layanan pendidikan yang berbeda terhadap mereka. Oleh
karena layanan yang berbeda secara individual demikian dianggap kurang efisien,
maka dilakukan pengelompokan berdasarkan persamaan dan perbedaan peserta didik,
agar kekurangan pada pengajaran secara klasikal dapat dikurangi.
Alasan pengelompokan peserta didik juga
didasarkan atas realitas bahwa peserta didik secara terus menerus bertumbuh dan
berkembang. Dengan adanya pertumbuhan dan perkembangan tersebut peserta didik
diharuskan mampu mengembangkan potensinya seoptimal mungkin, maka dilakukanlah
pengelompokan peserta didik. Oleh karena itu penting adanya pengelompokan
peserta didik, berikut akan dibahas lebih lanjut mengenai Pengaturan
Pengelompokan Peserta Didik.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan
latar belakang yang telah dikemukakan, berikut disajikan empat rumusan masalah.
1) Apa
alasan perlunya pengaturan pengelompokan peserta didik?
2) Apa
pengertian, tujuan, dan fungsi dari pengaturan pengelompokan peserta didik?
3) Apa
yang menjadi dasar pengelompokan peserta didik?
4) Bagaimana
teknik-teknik pengelompokan peserta didik?
5) Apa
saja jenis pengelompokan peserta didik?
6) Bagaimana
program dalam pengelompokan dan penjurusan peserta didik?
C. Tujuan Penulisan
Tujuan
dari pembuatan makalah adalah sebagai berikut.
1) Menjelaskan
alasan perlunya pengaturan pengelompokan peserta didik.
2) Menjelaskan
pengertian, tujuan, dan fungsi dari pengaturan pengelompokan peserta didik.
3) Menjelaskan
dasar pengelompokan peserta didik.
4) Menguraikan
teknik-teknik pengelompokan peserta didik.
5) Menjelaskan
jenis-jenis pengelompokan peserta didik.
6) Menguraikan
program-program yang terdapat dalam pengelompokan dan penjurusan peserta didik.
BAB
II
PEMBAHASAN
A. Alasan Perlunya Pengelompokan Peserta Didik
Berdasarkan
UU RI No. 20 Tahun 2003 tentang SISDIKNAS (Sistem Pendidikan Nasional), peserta
didik adalah anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan potensi diri
melalui proses pembelajaran yang tersedia pada jalur, jenjang, dan jenis
pendidikan tertentu. Setelah melakukan daftar ulang di lembaga pendidikan yang
dikehendaki, peserta didik perlu dikelompok-kelompokkan atau diklasifikasikan.
Secara umum pengelompokan sering dikenal dengan grouping. Pengelompokan peserta didik ini tidak dimaksudkan untuk
membeda-bedakan peserta didik berdasarkan keahlian dan tingkat kepandaiannya,
melainkan maksud pengelompokan ini untuk membantu dalam proses belajar mengajar
demi keberhasilan peserta didik. Dengan kata lain, pengelompokan peserta didik
bermaksud untuk membantu peserta didik mengembangkan kemampuannya seoptimal
mungkin sehingga pengelompokan tidak boleh diartikan lain kecuali untuk proses
pengembangan peserta didik tersebut.
Pengelompokan
peserta didik didasarkan atas pandangan bahwa disamping peserta didik mempunyai
kesamaan, peserta didik juga mempunyai perbedaan. Kesamaan-kesamaan yang ada
pada peserta didik melahirkan pemikiran penempatan pada kelompok yang sama,
sementara perbedaan-perbedaan yang ada pada peserta didik melahirkan pemikiran
pengelompokan mereka pada kelompok yang berbeda.
Jika
perbedaan antara peserta didik satu dengan yang lain dicermati lebih mendalam,
akan didapati perbedaan antar individu dan perbedaan intra individu. Yang
pertama lebih teraksentuasi pada berbedanya peserta didik satu dengan yang lain
dalam kelas. Kedua, lebih teraksentuasi pada berbedanya kemampuan masing-masing
peserta didik dalan berbagai mata pelajaran atau bidang studi.
Berbedanya
antar peserta didik dan intra peserta didik, mengharuskan layanan pendidikan
yang berbeda terhadap mereka. Oleh karena layanan yang berbeda secara
individual demikian dianggap kurang efisien, maka dilakukanlah pengelompikab
berdasarkan persamaan dan perbedaab peserta didik agar kekurangan pada pengajarab
secara klasikal dapat dikurangi. Dengan perkataan lain, pengelompokan adalah
konvergensi dari pengajaran sistem klasikal dan sistem individual.
Alasan
pengelompokan peserta didik juga didasarkan atas realitas bahwa peserta didik
secara terus-menerus bertumbuh dan berkembang. Pertumbuhan dan perkembangan
peserta didik satu dengan yang lain berbeda. Agar perkembangan peserta didik
yang cepat tidak mengganggu peserta didik yang lambat dan begitu sebaliknya,
dilakukanlah pengelompokan peserta didik.
B. Pengertian, Tujuan, Fungsi
Menurut
Imron (2015:97), pengelompokan atau grouping
adalah penggolongan peserta didik berdasarkan
karakteristik-karakteristiknya. Karakteristik demikian perlu digolongkan, agar
mereka berada dalam kondisi yang sama. Adanya kondisi yang sama ini bisa
memudahkan pemberian layanan yang sama. Oleh karena itu, pengelompokan ini
lazim juga dikenal dengan istilah pengklasifikasian (classification).
Adanya
pengelompokan peserta didik berdasarkan karakteristik-karakteristiknya
tersebut, tujuan dari adanya pengelompokan atau grouping adalah untuk menjalankan dan melaksanakan
kegiatan-kegiatan di sekolah seperti kegiatan proses belajar-mengajar dengan lancar
dan tertib sehingga dapat mencapai tujuan-tujuan pendidikan yang telah
direncanakan. Tujuan lain yaitu untuk membantu meningkatkan perkembangan
kemampuan peserta didik baik perkembangan peserta didik yang cepat maupun
lambat agar tidak saling mengganggu antara peserta didik yang berkembang cepat
dengan peserta didik yang berkembang lambat. Hal ini dikarenakan peserta didik
akan mendapat perlakuan yang berbeda disesuaikan dengan tempat atau kelompok
peserta didik tersebut dimana kelompok itu disesuaikan dengan kemampuan peserta
didik.
Dengan
adanya pengelompokan, peserta didik akan mudah dikenali sebab, tidak jarang
dari peserta didik di dalam kelas berada dalam keadaan heterogen dan bukannya
homogen. Tentu, heterogenitas demikian dapat diketahui tingkatannya sesuai
kemampuan diskriminan alat ukur yang dipergunakan untuk membedakan. Semakin
tinggi tingkat kemampuan membedakan alat ukur yang dipergunakan, semakin tinggi
pula tingkatan heterogenitas peserta didik yang ada di sekolah.
Adapun
alat ukur yang lazim dipergunakan untuk membedakan peserta didik antara lain
adalah tes. Dalam hal ini, banyak tes yang dapat dipergunakan untuk membedakan
kemampuan peserta didik. Tes kemampuan umum seperti tes kemampuan verbal dan
numerikal, dapat dipergunakan untuk membedakan kemampuan umum peserta didik.
Tes keklerekan dapat dipergunakan untuk membedakan kecepatan kerja dan
kecermatan kerja peserta didik. Tes minat dapat dipergunakan untuk membedakan
minat yang dimiliki oleh peserta didik. Tes prestasi belajar dapat digunakan
untuk membedakan daya serap masing-masing peserta didik terhadap bahan ajaran
yang telah disampaikan kepada peserta didik. Tes kepribadian dapat dipergunakan
untuk membedakan integritas dan pribadi peserta didik.
Menurut
Yeager (Imron, 2015:112) dalam pengelompokan peserta didik didasarkan atas dua
fungsi yaitu fungsi integrasi dan fungsi perbedaan. Fungsi integrasi yaitu
pengelompokan berdasarkan kesamaan-kesamaan peserta didik. Pengelompokkan ini
berdasarkan jenis kelamin, umur, dan sebagainya. Pengelompokkan berdasarkan
fungsi ini menghasilkan pembelajaran yang bersifat klasikal. Fungsi perbedaan,
yaitu pengelompokkan peserta didik didasarkan kepada perbedaan-perbedaan yang
ada dalam individu peserta didik, seperti minat, bakat, kemampuan, dan sebagainya.
Pengelompokkan berdasarkan fungsi ini menghasilkan pembelajaran yang bersifat
individual.
C. Dasar Pengelompokan Peserta Didik
Hendyat
Soetopo (1982) dalam Imron (1995:86) mengemukakan empat dasar pengelompokkan
peserta didik, yaitu: friendship
grouping, achievement grouping, aptitude
grouping, attention or interest grouping dan intelligent grouping.
1.
Friendship Grouping
Friendship grouping
adalah pengelompokan peserta didik yang didasarkan atas kesukaan memilih teman.
Pengelompokan jenis ini menimbulkan kecenderungan menjadikan pserta didik yang
pandai dengan yang pandai dan peserta didik yang kurang pandai dengan anak yang
kurang pandai juga.
2.
Achievement Grouping
Achievement grouping,
adalah pengelompokan yang didasarkan atas prestasi peserta didik.
3.
Aptitude Grouping
Aptitude grouping,
adalah pengelompokan peserta didik yang didasarkan atas kemampuan dan bakat.
4.
Attention or Interest
Grouping
Attention or interest
grouping, adalah pengelompokan yang didasarkan
atas minat peserta didik.
5.
Intelligent Grouping
Intelligent grouping,
adalah pengelompokan yang didasarkan atas hasil tes kecerdasan atau
intelegensi.
D. Teknik-Teknik
Pengelompokan Peserta Didik
Teknik-teknik pengelompokan peserta
didik dapat didasarkan pada tiga aspek yaitu berdasarkan kemampuan, berdasarkan
kegiatan, dan berdasarkan sosio-emosional. (www.doublehelixprivat.com)
1.
Berdasarkan
Kemampuan
a. Kemampuan
siswa dalam setiap pelajaran tidak sama. Bisa saja siswa yang kuat di bahasa,
ternyata lemah di matematika.
b. Pengelompokkan
kemampuan siswa dapat berubah sewaktu-waktu dan berubah-rubah untuk setiap mata
pelajaran, bahkan untuk suatu konsep tertentu. Akan mudah bagi seorang guru
apabila siswa yang memilliki kemampuan yang sama berada duduk di meja yang
sama.
c. Guru
dapat memotivasi dan menjelaskan materi pada saat yang bersamaan. Guru dapat
berkeliling untuk melihat sejauh mana perkembangan kemampuan setiap siswa
2.
Berdasarkan
Kegiatan
a. Pada
proses belajar dengan jenis pengelompokkannya berdasarkan kebutuhan saja.
b. Pada
saat pengelompokkan, bisa saja berubah-rubah kapan saja dan anggota kelompok
bisa tidak sama dimana tujuan akhirnya adalah ke pekerjaan yang ditugaskan.
Tugas kelompok akan sangat baik bagi siswa karena akan berpengaruh terhadap
pembentukan karakter.
c. Dalam
tugas kelompok, siswa akan belajar menjadi seorang pemimpin, anggota kelompok
yang baik, bagaimana harus mendengarkan pendapat temannya, memberikan usulan
dan sebagainya.
3.
Berdasarkan
Sosial Emosional
a. Tidak
semua siswa memiliki kematangan emosi yang sama, sifatnya pun berbeda
pula.Untuk membantu sosial emosional siswa, gurudapat mengelompokkan mereka
dengan melihat karakter yang ada. Misalnya, untuk siswa yang pemalu dapat
dikelompokkan dengan siswa yang agak berani, agar termotivasi dalam
mengekspresikan diri.
b. Kegiatan
yang diberikan dapat berupa kegiatan apa saja. Pengelompokkan ini harus
direncanakan pula dalam penulisan lesson plan, dan akan sangat bermanfaat pada
saat memberikan laporan kepada orang tua murid.
c. Banyak
orang melupakan perkembangan sosial emosional siswa, padahal hal ini akan
sangat berpengaruh terhadap learning style siswa bersangkutan.
E. Jenis-Jenis
Pengelompokkan Peserta Didik
Menurut
Mitchun (1960) dalam Imron (1995) mengemukakan dua jenis pengelompokan peserta
didik yaitu ability grouping dan sub grouping with in the class. Ability grouping adalah pengelompokan
berdasarkan kemampuan di dalam setting sekolah. Sedangkan sub grouping with in
the class adalah pengelompokan dalam setting kelas.
Pengelompokan
yang didasarkan atas kemampuan adalah suatu pengelompokan dimana peserta didik
yang pandai dikumpulkan dengan yang pandai, yang kurang pandai dikumpulkan
dengan yang kurang pandai. Sementara, pengelompokan dalam setting kelas adalah
suatu kelompok dimana peserta didik pada masing-masing kelas, dibagi lagi
menjadi beberapa kelompok kecil. Pengelompokan ke dalam kelompok-kelompok kecil
demikian, juga memberi kesempatan kepada masing-masing individu untuk masuk ke
dalam lebih dari satu kelompok yang dibentuk berdasarkan karakteristik
individu. Terdapat beberapa macam kelompok kecil di dalam kelas ini, yaitu: interest grouping, special need grouping,
team grouping, tutorial grouping, research grouping, full class grouping, dan combined class grouping.
1.
Pengelompokan
Berdasarkan Minat (Interest Grouping)
Interest
Grouping, adalah pengelompokan yang didasarkan
atas minar peserta didik seperti minat pada pokok bahasan, kegiatan, topik atau
tema tertentu.
2.
Pengelompokan
Berdasarkan Kebutuhan Khusu (Special Need
Grouping)
Special
Need Grouping, adalah pengelompokan berdasarkan
kebutuhan-kebutuhan khusus peserta didik. Maksudnya peserta didik yang telah
tergabung ke dalam kelompok-kelompok tertentu dapat membentuk kelompok baru
untuk belajar keterampilan khusus.
3.
Pengelompokan
Beregu (Team Grouping)
Team
Grouping, adalah suatu kelompok yang terbentuk
karena dua atau lebih peserta didik yang ingin bekerja dan belajar secara
bersama memecahkan masalah-masalah khusus.
4.
Pengelompokan
Tutorial (Tutorial Grouping)
Tutorial Grouping,
adalah suatu pengelompokan dimana peserta didik bersama-sama dengan guru
merencanakan kegiatan-kegiatan kelompoknya. Antara kelompok satu dengab yang
lain, bisa berbeda kegiatannya, karena mereka sama-sama mempunyai otonomi untuk
menentukan kelompok masing-masing.
5.
Pengelompokan
Penelitian (Research Grouping)
Research
Grouping, adalah suatu pengelompokan dimana dua
atau lebih peserta didik menggarap suatu topik khusus untuk dilaporkan di depan
kelas.
6.
Pengelompokan
Kelas Utuh (Full Class Grouping)
Full
Class Grouping, adalah suatu pengelompokan dimana
peserta didik secara bersama-sama mempelajari dan mendapatkan pengalaman di
bidang seni.
7.
Pengelompokan
Kombinasi (Combined Class Grouping)
Combined
Class Grouping, adalah suatu pengelompokan dimana
dua atau lebih kelas yang dikumpulkab dalam suatu ruangan untuk bersama-sama
menyaksikan pemutaran film, slide, TV, dan media audio visual lainnya.
Menurut
Ragan (1966) dalam Imron (1995), ada 7 macam pengelompokan peserta didik yang
didasarkan atas realitas pendidikan di sekolah, yaitu: the non grade elementary school, multi grade and multi age grouping,
the duel progress plan, self contained classroom, team teaching,
departementalisasi dan ability school.
1.
The Non Grade Elementary
School
The Non Grade Elementary
School, yaitu sekolah dasar tanpa tingkat yang
memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada peserta didik untuk mengambil mata
pelajaran berdasarkan kemampuan masing-masing individu peserta didiknya yang
tidak dibatasi dengan angkatan masuk. Maksud dari tidak dibatasi dengan
angkatan masuk yaitu peserta didik dapat mengambil mata pelajaran yang mungkin
sama dengan mereka dari angkatan masuk yang berbeda. Pada sistem demikian,
sistem tingkat (naik tingkat atau tidak) tidak dikenal karena adanya kelas
tersebut lebih dipandang sebagai kode atau ruangan belaka daripada tingkatan.
Sistem
pengajaran pada sistem ini yaitu menggunakan sistem pengajaran secara kelompok,
di mana seorang guru melayani kelompok-kelompok yang anggota kelompoknya
mempunyai kemajuan, keinginan dan kebutuhan yang sama dari angkatan tahun yang
berbeda-beda.
Keuntungan
sistem pengelompokan demikian adalah sebagai berikut:
a. Secara
psikologis, terpenuhinya kebutuhan peserta didik karena peserta didik tidak
pernah dipaksakan untuk melaksanakan sesuatu yang dia sendiri tidak bisa, tidak
suka dan tidak mampu.
b. Peserta
didik tidak bosan, dikarenakan pengajaran yang diberikan sesuai dengan
kemampuan masing-masing peserta didik.
c. Peserta
didik akan dibantu sesuai dengan tingkat dan kecepatan perkembangannya.
d. Peserta
didik akan puas karena peserta didik memperoleh apa yang sesuai dengan yang
mereka inginkan.
e. Terdapat
kerja sama yang baik antara peserta didik dengan gurunya karena tidak terjadi
perbedaan interpretasi.
f. Peserta
didik akan merasa mendapatkan layanan pendidikan yang terbaik.
Kekurangan-kekurangan
sistem pengelompokan ini yaitu sebagai berikut:
a. Pengadministrasian
yang sulit karena harus menyesuaikan dengan kebutuhan peserta didik yang
berbeda-beda.
b. Menyulitkan
mutasi peserta didik ke sekolah lain karena adanya perbedaan sistemnya,
misalnya peserta didik yang harus pindah ke sekolah lain yang menggunakan
sistem tingkat.
c. Tidak
efisien, karena membutuhkan biaya, tenaga dan ruang kelas yang banyak. Hal ini
disebabkan atas dasar banyaknya kelompok yang relatif lebih banyak.
d. Membutuhkan
guru yang tinggi tingkat komitmen dan tingkat kecermatannya sehingga guru
tersebut mampu mengetahui karakteristik peserta didik secara individual.
e. Sulit
mengharapkan tercapainya komoetensi yang diharapkan karena pada sistem ini
segala sesuatunya bergantung kepada peserta didik.
2.
Pengelompokan
Kelas Rangkap (Multigrade and Multiage
Grouping)
Multigrade dan Multiage Grouping, adalah pengelompokan
yang multi tingkat dan multi usia yang dapat terjadi pada sekolah-sekolah yang
menggunakan sistem tingkat. Peserta didik yang berbeda tingkat dan berbeda usia
akan dikelompokkan ke dalam tempat yang sama sehingga mereka harus berinteraksi
dan belajar bersama-sama.
Keuntungan
dari sistem pengelompokan demikian adalah sebagai berikut.
a. Mendorong
peserta didik untuk dapat bersosialisasi dengan cepat dengan lingkungan sebayanya.
b. Peserta
didik yang berada pada tingkat awal dan relatif lebih sedikit usianya dapat
belajar banyak kepada peserta didik yang berada pada tingkat di atasnya.
c. Meningkatkan
kepercayaan diri peserta didik yang mempunyai kemampuan tinggi pada tingkat yang
lebih rendah dan usia yang lebih muda.
d. Mendorong
kuatnya kompetisi peserta didik akibat adanga heterogenitas dalam pengelompokan
ini sehingga dapat memacu dalam peningkatan prestasi peserta didik.
Kekurangan
sistem pengelompokan demikian adalah sebagai berikut.
a. Peserta
didik yang lebih rendah tingkatannya dan yang lebih rendah tingkat usianya akan
merasa dipaksakan menyesuaikan diri dengan peserta didik yang lebih tinggi usia
dan tingkatannya.
b. Peserta
didik yang lebih tinggi usianya dan lebih tinggi tingkatnya akan menjadi malas
jika mendapati bahwa anggota kelompok lain berasal dari usia dan tingkat yang
lebih rendah dengan kemampuan yang tidak dapat membantu banyak untuk kelompok.
Sebaliknya, jika ternyata lebih tinggi kemampuannya, akan merasa dirinya tersaingi
dan bisa menjatuhkan privasinya.
3.
Pengelompokan
Kemajuan Rangkap (The Duel Progress Plan
Grouping)
The duel progress plan
grouping adalah sistem pengelompokan kemajuan
rangkap. Sistem ini dimaksudkan untuk mengatasi perbedaan kemampuan individual di
setiap umur dan tingkat. Masing-masing peserta didik diberi kesempatan untuk
mengerjakan tugas sesuai dengan kemampuannya.
Keuntungan
sistem pengelompokan kemajuan rangkap adalah:
a. Guru
lebih mengenal peserta didiknya.
b. Layanan
yang diberikan oleh guru benar-benar sesuai dengan yang dibutuhkan.
c. Peserta
didik semakin mengenal gurunya.
d. Peserta
didik yang tampak menonjol bakat khususnya akan cepat maju, karena secepat
mungkin mendapatkan layanan dari gurunya.
Sedangkan
kekurangan sistem pengelompokan kemajuan rangkap adalah sebagai berikut.
a. Peserta
didik yang lebih rendah tingkatannya dan yang lebih muda usianya akan merasa
dipaksa menyesuaikan diri dengan peserta didik yang lebih tinggi tingkatan dan
usianya.
b. Peserta
didik yang lebih tinggi tingkatan dan usianya akan malas jka mendapati anggota
kelompok lain yang berasal dari tingkatan dan usia yang lebih rendah ternyata
tidak dapat berbuat banyak untuk kelompoknya. Dan begitu pula sebaliknya, akan
merasa tersaingi jika peserta didik yang lebih rendah tingkatan dan usianya
mempunyai kemampuan yang lebih tinggi.
4.
Penempatan
Sekelompok Siswa pada Seorang Guru (Self
Contained Classroom)
Self
Contained Classroom adalah penempatan sekelompok peserta
didik pada seorang guru. Keuntungan self
contained classroom adalah:
a. Guru
akan mengenal peserta didik secara mendalam.
b. Peserta
didik akan lebih leluasa berpartisipasi dalam kelompoknya.
c. Waktu
yang digunakan relatif lebih fleksibel.
d. Guru
akan membantu kelompok yang menjadi tanggungjawabnya.
e. Memungkinkan
kompetisi yang sehat antar kelompok.
Sedangkan
kekurangannya adalah:
a. Peserta
didik hanya mendapatkan pengalaman dari seorang guru.
b. Mengharuskan
guru mengusai banyak bidang secara general.
c. Guru
terisolasi dengan teman sejawatnya dikarenakan lebih bayak berkelompok dengan peserta
didik.
d. Waktu
guru lebih banyak dipergunakan untuk persiapan.
5.
Pembelajaran
Beregu (Team Teaching)
Adalah
suatu pengelompokan dimana peserta didik
diajar oleh guru secara team. Dalam suatu team guru merancang pengajaran secara
bersama-sama dengan anggota lainnya, dan mengadakan pembagian yang jelas antara
apa yang harus dikerjakan sendiri, dikerjakan anggota lain, dan dikerjakan
bersama-sama secara team. Dengan demikian, akan mendapatkan perspektif yang
lebih luas.
Keuntungan
sistem team teaching adalah:
a. Guru
menjadi ahli dalam bidangnya karena terus menerus mengembangkan
speasialisasinya bersama dengan guru-guru yang terlibat dalam team.
b. Tidak
terjadi kekosongan guru, karena guru satu yang berhalangan hadir dapat diganti
oleh guru yang lain.
Sedangkan
kekurangannya adalah:
a. Pengajaran
bisa gagal jika kerjasama antar anggota team tidak berjalan dengan baik.
b. Banyak
waktu yang digunakan untuk merencanakan kerja team.
c. Memerlukan
tempat dan ruang khusus.
6.
Departementalisasi
Departementalisasi
adalah sistem pengelompokan peserta didik, dimana guru hanya mengkhususkan diri
pada satu mata pelajaran tertentu.
Beberapa
keuntungan departementalisasi adalah:
a. Guru
akan lebih kompeten mengajar karena ia mendalami terhadap apa yang akan mereka
ajarkan.
b. Peserta
didik mendapatkan pengetahuan yang dalam, karena yang memberikan materi adalah
guru yang ahli dalam bidangnya.
Kekurangan
sistem ini adalah:
a. Bisa
terjadi kekosongan guru saat guru lain tidak hadir, guru lain tidak bisa
menggantikan, karena hanya terfokus pada satu mata pelajaran.
b. Menyebabkan
guru menjadi malas belajar karena sudah merasa ahli di bidangnya.
c. Guru
cenderung menganggap bahwa keahliannya yang lebih penting dibanding keahlian
orang lain.
7.
Pengelompokan
Berdasarkan Kemampuan (Ability grouping)
Ability grouping
adalah sistem pengelompokan berdasarkan kemampuan peserta didik. Peserta didik
yang mempunyai kemampuan yang sama ditempatkan pada kelompok yang sama.
Keuntungan
ability group adalah:
a. Guru
mudah menyesuaikan pengajarannya sesuai dengan kemampuan peserta didik.
b. Peserta
didik yang mempunyai kemampuan lebih tinggi tidak merasa terhambat
perkembangannya oleh peserta didik yang berkemampuan rendah.
c. Peserta
didik yang mempunyai kemampuan sama akan dapat saling mengisi dan membantu
perkembangan kemampuan mereka.
d. Peserta
didik yang berkemampuan rendah tidak merasa tertinggal jauh dengan anggota
kelompoknya.
Kelemahan ability group adalah:
a. Guru
harus membuat persiapan yang berbeda-beda, ada rancangan pengajaran yang
dikhususkan untuk siswa berkemampuan rendah dan tinggi.
b. Peserta
didik merasa terganggu privasinya jika dimasukkan ke dalam kelompok inferior.
c. Peserta
didik yang masuk ke dalam kelompok superior merasa dirinya lebih dan sombong.
Menurut
Ny. Pakasi (Imron,1995:86), mengelompokkan peserta didiknya berdasarkan
prestasi belajarnya di kelas yang disebut dengan Achievement Grouping
Achievement grouping
adalah sistem pengelompokan berdasarkan prestasi belajarnya di kelas. Peserta
didik yang berprestasi tinggi dikelompokkan dengan peserta didik yang berprestasi
tinggi, dan begitu pula sebaliknya. Ada tiga macam pengelompokan, yaitu
kelompok untuk peserta didik yang cepat berpikir, kelompok untuk peserta didik
yang sedang dan kelompok untuk peserta didik yang lambat belajar.
D. Pengelompokan dan Penjurusan
Penjurusan
didasarkan atas karakteristik yang ada pada peserta didik. Penjurusan lebih diorientasikan pada tujuan
dan prospektif peserta didik setelah lulus. Setelah kurikulum 1984, penjurusan
secara garis besar dibagi menjadi dua, yaitu program A dan program B. Program A
digolongkan menjadi A1, A2, A3, A4. Program A1, mempelajari tentang ilmu fisik.
Program A2 mengarahkan peserta didik untuk menguasai ilmu biologi. Program A3,
mengarahkan untuk menguasai ilmu sosial. Program A4, mempersiapkan peserta didik
agar menguasai ilmu budaya termasuk agama.
1. Program
ilmu fisik menyiapkan peserta didik
untuk melanjutkan program studi pendidikan tinggi yang mengkaji
gejala-gejala alamiah yang menyangkut benda atau bahan tak hidup. Seperti
fisika, kimia, elektronika, astronomi, geologi, maupun matematika.
2. Program
ilmu biologi menyiapkan peserta didik
untuk melanjutkan program studi pendidikan tinggi yang mengkaji
gejala-gejala alamiah yang hidup. Seperti pertanian, kedokteran, biologi dan
sebagainya.
3. Program
ilmu sosial menyiapkan peserta didik
untuk melanjutkan program studi pendidikan tinggi yang mengkaji
kehidupan sosial manusia. Seperti ilmu administrasi, ilmu ekonomi, ilmu
politik, sosiologi, psikologi, dan sebagainya.
4. Program
pengetahuan budaya menyiapkan peserta didik
untuk melanjutkan program studi pendidikan tinggi yang mengkaji
aspek-aspek budaya seperti hukum, pengetahuan agama (teologi), filsafat,
bahasa, sastra, dan sebagainya.
Sedangkan
program B dimaksudkan untuk mempersiapkan peserta didik ke lapangan kerja atau
terjun ke masyarakat. Selain itu juga untuk mempersiapkan peserta didik yang
akan memasuki politeknik dan program diploma.
Program
B digolongkan menjadi:
1. Program-program
di bidang teknologi industri menyiapkan peserta didik yang memilih bidang teknologi
industri sebagai lapangan kerja, mempersiapkan ke politeknik, akademi teknik.
2. Program
di bidang komputer menyiapkan peserta didik yang meneruskan ke akademi
komputer, diploma komputer ataupun memilih bidang komputer sebagai lapangan
kerja.
3. Program
di bidang pertanian dan kehutanan menyiapkan peserta didik yang meneruskan ke
akademi pertanian, akademi kehutanan, diploma, ataupun memilih bidang pertanian
dan kehutanan sebagai lapangan kerja.
4. Program
di bidang jasa mempersiapkan peserta didik yang meneruskan ke akademi
perdagangan, akademi pariwisata,akademi sekretaris ataupun memilih bidang
pelayanan sebagai lapangan kerja.
5. Program
di bidang kesejahteraan keluarga mempersiapkan peserta didik yang meneruskan ke
akademi gizi, akademi kesejahteraan keluarga, ataupun memilih bidang
kesejahteraan keluarga sebagai lapangan kerja.
6. Program
di bidang maritim mempersiapkan peserta didik yang meneruskan ke akademi
pelayaran, perikanan laut ataupun memilih bidang maritim sebagai lapangan
kerja.
7. Program
di bidang budaya mempersiapkan peserta didik yang meneruskan ke akademi bahasa,
teater, seni rupa ataupun memilih bidang budaya sebagai lapangan kerja.
8. Program
di bidang pengetahuan agama mempersiapkan peserta didik yang meneruskan ke
program pendidikan agama ataupun memilih bidang agama sebagai lapangan kerja.
BAB
III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pengelompokan peserta
didik didasarkan atas pandangan bahwa disamping peserta didik mempunyai
kesamaan, peserta didik juga mempunyai perbedaan. Kesamaan-kesamaan yang ada pada
peserta didik melahirkan pemikiran penempatan pada kelompok yang sama,
sementara perbedaan-perbedaan yang ada pada peserta didik melahirkan pemikiran
pengelompokan mereka pada kelompok yang berbeda. Jika perbedaan antara peserta
didik satu dengan yang lain dicermati lebih mendalam, akan didapati perbedaan
antar individu dan perbedaan intra individu. Yang pertama lebih teraksentuasi
pada berbedanya peserta didik satu dengan yang lain dalam kelas. Kedua, lebih
teraksentuasi pada berbedanya kemampuan masing-masing peserta didik dalan
berbagai mata pelajaran atau bidang studi. Pengelompokan peserta didik juga
didasarkan atas realitas bahwa peserta didik secara terus-menerus bertumbuh dan
berkembang. Pertumbuhan dan perkembangan peserta didik satu dengan yang lain
berbeda. Agar perkembangan peserta didik yang cepat tidak mengganggu peserta
didik yang lambat dan begitu sebaliknya, dilakukanlah pengelompokan peserta
didik.
B. Saran
Dalam pengelompokan
peserta didik sebaiknya sekolah tidak hanya melihat memperhatikan hobby dan
keaktifannya, tetapi juga harus dilihat dari kelebihan atau bakat yang dimiliki
peserta didik, karena tidak semua peserta didik memiliki bakat atau kelebihan
yang sama. Dalam hal ini dapat mempermudah peserta didik dan guru dalam proses
pembelajaran.
DAFTAR
RUJUKAN
___, (2009). Pengelompokan Siswa, (Online),
(http://www.doublehelixprivat.com/2009/05/teknik-pengelompokan-siswa.html),
diakses 14 September 2016.
Imron, Ali. 1995. Manajemen
Peserta Didik Di Sekolah. Malang: Depdikbud IKIP Malang.
Imron,
Ali. 2015. Manajemen Peserta Didik Berbasis Sekolah. Jakarta: Bumi
Aksara.
Undang-Undang SISDIKNAS (UU RI No. 20
Th 2003). 2014. Jakarta: Sinar Grafika.