Sabtu, 28 Januari 2017

Pengelompokan Peserta Didik



BAB I
PENDAHULUAN

A.  Latar Belakang
Peserta didik merupakan salah satu unsur kegiatan belajar mengajar dimana dalam proses belajar mengajar itu peserta didik perlu untuk dikelompok-kelompokkan. Pengelompokan atau lazim dikenal dengan grouping didasarkan atas pandangan bahwa disamping peserta didik tersebut mempunyai kesamaan, juga mempunyai perbedaan. Kesamaan-kesamaan yang ada pada peserta didik melahirkan pemikiran penempatan pada kelompok yang sama, sementara perbedaan-perbedaan yang ada melahirkan pemikiran pengelompokan mereka pada kelompok yang berbeda.
Jika perbedaan antara peserta didik satu dengan yang lain dicermati lebih mendalam, akan didapati perbedaan antara individu dan perbedaan intra individu. Yang pertama berkenaan dengan berbedanya peserta didik satu dengan yang lain dalam kelas, dan yang kedua berkenaan dengan berbedanya kemampuan masing-masing peserta didik dalam berbagai mata pelajaran atau bidang studi. Perbedaan antar peserta didik dan intra peserta didik ini mengharuskan layanan pendidikan yang berbeda terhadap mereka. Oleh karena layanan yang berbeda secara individual demikian dianggap kurang efisien, maka dilakukan pengelompokan berdasarkan persamaan dan perbedaan peserta didik, agar kekurangan pada pengajaran secara klasikal dapat dikurangi.
Alasan pengelompokan peserta didik juga didasarkan atas realitas bahwa peserta didik secara terus menerus bertumbuh dan berkembang. Dengan adanya pertumbuhan dan perkembangan tersebut peserta didik diharuskan mampu mengembangkan potensinya seoptimal mungkin, maka dilakukanlah pengelompokan peserta didik. Oleh karena itu penting adanya pengelompokan peserta didik, berikut akan dibahas lebih lanjut mengenai Pengaturan Pengelompokan Peserta Didik.

B.  Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan, berikut disajikan empat rumusan masalah.
1)   Apa alasan perlunya pengaturan pengelompokan peserta didik?
2)   Apa pengertian, tujuan, dan fungsi dari pengaturan pengelompokan peserta didik?
3)   Apa yang menjadi dasar pengelompokan peserta didik?
4)   Bagaimana teknik-teknik pengelompokan peserta didik?
5)   Apa saja jenis pengelompokan peserta didik?
6)   Bagaimana program dalam pengelompokan dan penjurusan peserta didik?

C.  Tujuan Penulisan
Tujuan dari pembuatan makalah adalah sebagai berikut.
1)   Menjelaskan alasan perlunya pengaturan pengelompokan peserta didik.
2)   Menjelaskan pengertian, tujuan, dan fungsi dari pengaturan pengelompokan peserta didik.
3)   Menjelaskan dasar pengelompokan peserta didik.
4)   Menguraikan teknik-teknik pengelompokan peserta didik.
5)   Menjelaskan jenis-jenis pengelompokan peserta didik.
6)   Menguraikan program-program yang terdapat dalam pengelompokan dan penjurusan peserta didik.


BAB II
PEMBAHASAN

A. Alasan Perlunya Pengelompokan Peserta Didik
Berdasarkan UU RI No. 20 Tahun 2003 tentang SISDIKNAS (Sistem Pendidikan Nasional), peserta didik adalah anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan potensi diri melalui proses pembelajaran yang tersedia pada jalur, jenjang, dan jenis pendidikan tertentu. Setelah melakukan daftar ulang di lembaga pendidikan yang dikehendaki, peserta didik perlu dikelompok-kelompokkan atau diklasifikasikan. Secara umum pengelompokan sering dikenal dengan grouping. Pengelompokan peserta didik ini tidak dimaksudkan untuk membeda-bedakan peserta didik berdasarkan keahlian dan tingkat kepandaiannya, melainkan maksud pengelompokan ini untuk membantu dalam proses belajar mengajar demi keberhasilan peserta didik. Dengan kata lain, pengelompokan peserta didik bermaksud untuk membantu peserta didik mengembangkan kemampuannya seoptimal mungkin sehingga pengelompokan tidak boleh diartikan lain kecuali untuk proses pengembangan peserta didik tersebut.
Pengelompokan peserta didik didasarkan atas pandangan bahwa disamping peserta didik mempunyai kesamaan, peserta didik juga mempunyai perbedaan. Kesamaan-kesamaan yang ada pada peserta didik melahirkan pemikiran penempatan pada kelompok yang sama, sementara perbedaan-perbedaan yang ada pada peserta didik melahirkan pemikiran pengelompokan mereka pada kelompok yang berbeda.
Jika perbedaan antara peserta didik satu dengan yang lain dicermati lebih mendalam, akan didapati perbedaan antar individu dan perbedaan intra individu. Yang pertama lebih teraksentuasi pada berbedanya peserta didik satu dengan yang lain dalam kelas. Kedua, lebih teraksentuasi pada berbedanya kemampuan masing-masing peserta didik dalan berbagai mata pelajaran atau bidang studi.
Berbedanya antar peserta didik dan intra peserta didik, mengharuskan layanan pendidikan yang berbeda terhadap mereka. Oleh karena layanan yang berbeda secara individual demikian dianggap kurang efisien, maka dilakukanlah pengelompikab berdasarkan persamaan dan perbedaab peserta didik agar kekurangan pada pengajarab secara klasikal dapat dikurangi. Dengan perkataan lain, pengelompokan adalah konvergensi dari pengajaran sistem klasikal dan sistem individual.
Alasan pengelompokan peserta didik juga didasarkan atas realitas bahwa peserta didik secara terus-menerus bertumbuh dan berkembang. Pertumbuhan dan perkembangan peserta didik satu dengan yang lain berbeda. Agar perkembangan peserta didik yang cepat tidak mengganggu peserta didik yang lambat dan begitu sebaliknya, dilakukanlah pengelompokan peserta didik.

B. Pengertian, Tujuan, Fungsi
Menurut Imron (2015:97), pengelompokan atau grouping adalah penggolongan peserta didik berdasarkan karakteristik-karakteristiknya. Karakteristik demikian perlu digolongkan, agar mereka berada dalam kondisi yang sama. Adanya kondisi yang sama ini bisa memudahkan pemberian layanan yang sama. Oleh karena itu, pengelompokan ini lazim juga dikenal dengan istilah pengklasifikasian (classification).
Adanya pengelompokan peserta didik berdasarkan karakteristik-karakteristiknya tersebut, tujuan dari adanya pengelompokan atau grouping adalah untuk menjalankan dan melaksanakan kegiatan-kegiatan di sekolah seperti kegiatan proses belajar-mengajar dengan lancar dan tertib sehingga dapat mencapai tujuan-tujuan pendidikan yang telah direncanakan. Tujuan lain yaitu untuk membantu meningkatkan perkembangan kemampuan peserta didik baik perkembangan peserta didik yang cepat maupun lambat agar tidak saling mengganggu antara peserta didik yang berkembang cepat dengan peserta didik yang berkembang lambat. Hal ini dikarenakan peserta didik akan mendapat perlakuan yang berbeda disesuaikan dengan tempat atau kelompok peserta didik tersebut dimana kelompok itu disesuaikan dengan kemampuan peserta didik.
Dengan adanya pengelompokan, peserta didik akan mudah dikenali sebab, tidak jarang dari peserta didik di dalam kelas berada dalam keadaan heterogen dan bukannya homogen. Tentu, heterogenitas demikian dapat diketahui tingkatannya sesuai kemampuan diskriminan alat ukur yang dipergunakan untuk membedakan. Semakin tinggi tingkat kemampuan membedakan alat ukur yang dipergunakan, semakin tinggi pula tingkatan heterogenitas peserta didik yang ada di sekolah.
Adapun alat ukur yang lazim dipergunakan untuk membedakan peserta didik antara lain adalah tes. Dalam hal ini, banyak tes yang dapat dipergunakan untuk membedakan kemampuan peserta didik. Tes kemampuan umum seperti tes kemampuan verbal dan numerikal, dapat dipergunakan untuk membedakan kemampuan umum peserta didik. Tes keklerekan dapat dipergunakan untuk membedakan kecepatan kerja dan kecermatan kerja peserta didik. Tes minat dapat dipergunakan untuk membedakan minat yang dimiliki oleh peserta didik. Tes prestasi belajar dapat digunakan untuk membedakan daya serap masing-masing peserta didik terhadap bahan ajaran yang telah disampaikan kepada peserta didik. Tes kepribadian dapat dipergunakan untuk membedakan integritas dan pribadi peserta didik.
Menurut Yeager (Imron, 2015:112) dalam pengelompokan peserta didik didasarkan atas dua fungsi yaitu fungsi integrasi dan fungsi perbedaan. Fungsi integrasi yaitu pengelompokan berdasarkan kesamaan-kesamaan peserta didik. Pengelompokkan ini berdasarkan jenis kelamin, umur, dan sebagainya. Pengelompokkan berdasarkan fungsi ini menghasilkan pembelajaran yang bersifat klasikal. Fungsi perbedaan, yaitu pengelompokkan peserta didik didasarkan kepada perbedaan-perbedaan yang ada dalam individu peserta didik, seperti minat, bakat, kemampuan, dan sebagainya. Pengelompokkan berdasarkan fungsi ini menghasilkan pembelajaran yang bersifat individual.

C. Dasar Pengelompokan Peserta Didik
Hendyat Soetopo (1982) dalam Imron (1995:86) mengemukakan empat dasar pengelompokkan peserta didik, yaitu: friendship grouping,  achievement grouping, aptitude grouping, attention or interest grouping dan intelligent grouping.
1.    Friendship Grouping
Friendship grouping adalah pengelompokan peserta didik yang didasarkan atas kesukaan memilih teman. Pengelompokan jenis ini menimbulkan kecenderungan menjadikan pserta didik yang pandai dengan yang pandai dan peserta didik yang kurang pandai dengan anak yang kurang pandai juga. 
2.    Achievement Grouping
Achievement grouping, adalah pengelompokan yang didasarkan atas prestasi peserta didik.
3.    Aptitude Grouping
Aptitude grouping, adalah pengelompokan peserta didik yang didasarkan atas kemampuan dan bakat.
4.    Attention or Interest Grouping
Attention or interest grouping, adalah pengelompokan yang didasarkan atas minat peserta didik.
5.    Intelligent Grouping
Intelligent grouping, adalah pengelompokan yang didasarkan atas hasil tes kecerdasan atau intelegensi.

D.  Teknik-Teknik Pengelompokan Peserta Didik
Teknik-teknik pengelompokan peserta didik dapat didasarkan pada tiga aspek yaitu berdasarkan kemampuan, berdasarkan kegiatan, dan berdasarkan sosio-emosional. (www.doublehelixprivat.com)
1.    Berdasarkan Kemampuan
a.    Kemampuan siswa dalam setiap pelajaran tidak sama. Bisa saja siswa yang kuat di bahasa, ternyata lemah di matematika.
b.    Pengelompokkan kemampuan siswa dapat berubah sewaktu-waktu dan berubah-rubah untuk setiap mata pelajaran, bahkan untuk suatu konsep tertentu. Akan mudah bagi seorang guru apabila siswa yang memilliki kemampuan yang sama berada duduk di meja yang sama.
c.    Guru dapat memotivasi dan menjelaskan materi pada saat yang bersamaan. Guru dapat berkeliling untuk melihat sejauh mana perkembangan kemampuan setiap siswa
2.    Berdasarkan Kegiatan
a.    Pada proses belajar dengan jenis pengelompokkannya berdasarkan kebutuhan saja.
b.    Pada saat pengelompokkan, bisa saja berubah-rubah kapan saja dan anggota kelompok bisa tidak sama dimana tujuan akhirnya adalah ke pekerjaan yang ditugaskan. Tugas kelompok akan sangat baik bagi siswa karena akan berpengaruh terhadap pembentukan karakter.
c.    Dalam tugas kelompok, siswa akan belajar menjadi seorang pemimpin, anggota kelompok yang baik, bagaimana harus mendengarkan pendapat temannya, memberikan usulan dan sebagainya.
3.    Berdasarkan Sosial Emosional
a.    Tidak semua siswa memiliki kematangan emosi yang sama, sifatnya pun berbeda pula.Untuk membantu sosial emosional siswa, gurudapat mengelompokkan mereka dengan melihat karakter yang ada. Misalnya, untuk siswa yang pemalu dapat dikelompokkan dengan siswa yang agak berani, agar termotivasi dalam mengekspresikan diri.
b.    Kegiatan yang diberikan dapat berupa kegiatan apa saja. Pengelompokkan ini harus direncanakan pula dalam penulisan lesson plan, dan akan sangat bermanfaat pada saat memberikan laporan kepada orang tua murid.
c.    Banyak orang melupakan perkembangan sosial emosional siswa, padahal hal ini akan sangat berpengaruh terhadap learning style siswa bersangkutan.

E.  Jenis-Jenis Pengelompokkan Peserta Didik
Menurut Mitchun (1960) dalam Imron (1995) mengemukakan dua jenis pengelompokan peserta didik yaitu ability grouping dan sub grouping with in the class. Ability grouping adalah pengelompokan berdasarkan kemampuan di dalam setting sekolah. Sedangkan sub grouping with in the class adalah pengelompokan dalam setting kelas.
Pengelompokan yang didasarkan atas kemampuan adalah suatu pengelompokan dimana peserta didik yang pandai dikumpulkan dengan yang pandai, yang kurang pandai dikumpulkan dengan yang kurang pandai. Sementara, pengelompokan dalam setting kelas adalah suatu kelompok dimana peserta didik pada masing-masing kelas, dibagi lagi menjadi beberapa kelompok kecil. Pengelompokan ke dalam kelompok-kelompok kecil demikian, juga memberi kesempatan kepada masing-masing individu untuk masuk ke dalam lebih dari satu kelompok yang dibentuk berdasarkan karakteristik individu. Terdapat beberapa macam kelompok kecil di dalam kelas ini, yaitu: interest grouping, special need grouping, team grouping, tutorial grouping, research grouping, full class grouping, dan combined class grouping.
1.    Pengelompokan Berdasarkan Minat (Interest Grouping)
Interest Grouping, adalah pengelompokan yang didasarkan atas minar peserta didik seperti minat pada pokok bahasan, kegiatan, topik atau tema tertentu.
2.    Pengelompokan Berdasarkan Kebutuhan Khusu (Special Need Grouping)
Special Need Grouping, adalah pengelompokan berdasarkan kebutuhan-kebutuhan khusus peserta didik. Maksudnya peserta didik yang telah tergabung ke dalam kelompok-kelompok tertentu dapat membentuk kelompok baru untuk belajar keterampilan khusus.
3.    Pengelompokan Beregu (Team Grouping)
Team Grouping, adalah suatu kelompok yang terbentuk karena dua atau lebih peserta didik yang ingin bekerja dan belajar secara bersama memecahkan masalah-masalah khusus.
4.    Pengelompokan Tutorial (Tutorial Grouping)
Tutorial Grouping, adalah suatu pengelompokan dimana peserta didik bersama-sama dengan guru merencanakan kegiatan-kegiatan kelompoknya. Antara kelompok satu dengab yang lain, bisa berbeda kegiatannya, karena mereka sama-sama mempunyai otonomi untuk menentukan kelompok masing-masing.
5.    Pengelompokan Penelitian (Research Grouping)
Research Grouping, adalah suatu pengelompokan dimana dua atau lebih peserta didik menggarap suatu topik khusus untuk dilaporkan di depan kelas.
6.    Pengelompokan Kelas Utuh (Full Class Grouping)
Full Class Grouping, adalah suatu pengelompokan dimana peserta didik secara bersama-sama mempelajari dan mendapatkan pengalaman di bidang seni.
7.    Pengelompokan Kombinasi (Combined Class Grouping)
Combined Class Grouping, adalah suatu pengelompokan dimana dua atau lebih kelas yang dikumpulkab dalam suatu ruangan untuk bersama-sama menyaksikan pemutaran film, slide, TV, dan media audio visual lainnya.
Menurut Ragan (1966) dalam Imron (1995), ada 7 macam pengelompokan peserta didik yang didasarkan atas realitas pendidikan di sekolah, yaitu: the non grade elementary school, multi grade and multi age grouping, the duel progress plan, self contained classroom, team teaching, departementalisasi dan ability school.
1.    The Non Grade Elementary School
The Non Grade Elementary School, yaitu sekolah dasar tanpa tingkat yang memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada peserta didik untuk mengambil mata pelajaran berdasarkan kemampuan masing-masing individu peserta didiknya yang tidak dibatasi dengan angkatan masuk. Maksud dari tidak dibatasi dengan angkatan masuk yaitu peserta didik dapat mengambil mata pelajaran yang mungkin sama dengan mereka dari angkatan masuk yang berbeda. Pada sistem demikian, sistem tingkat (naik tingkat atau tidak) tidak dikenal karena adanya kelas tersebut lebih dipandang sebagai kode atau ruangan belaka daripada tingkatan.
Sistem pengajaran pada sistem ini yaitu menggunakan sistem pengajaran secara kelompok, di mana seorang guru melayani kelompok-kelompok yang anggota kelompoknya mempunyai kemajuan, keinginan dan kebutuhan yang sama dari angkatan tahun yang berbeda-beda.
Keuntungan sistem pengelompokan demikian adalah sebagai berikut:
a.    Secara psikologis, terpenuhinya kebutuhan peserta didik karena peserta didik tidak pernah dipaksakan untuk melaksanakan sesuatu yang dia sendiri tidak bisa, tidak suka dan tidak mampu.
b.    Peserta didik tidak bosan, dikarenakan pengajaran yang diberikan sesuai dengan kemampuan masing-masing peserta didik.
c.    Peserta didik akan dibantu sesuai dengan tingkat dan kecepatan perkembangannya.
d.    Peserta didik akan puas karena peserta didik memperoleh apa yang sesuai dengan yang mereka inginkan.
e.    Terdapat kerja sama yang baik antara peserta didik dengan gurunya karena tidak terjadi perbedaan interpretasi.
f.     Peserta didik akan merasa mendapatkan layanan pendidikan yang terbaik.
Kekurangan-kekurangan sistem pengelompokan ini yaitu sebagai berikut:
a.    Pengadministrasian yang sulit karena harus menyesuaikan dengan kebutuhan peserta didik yang berbeda-beda.
b.    Menyulitkan mutasi peserta didik ke sekolah lain karena adanya perbedaan sistemnya, misalnya peserta didik yang harus pindah ke sekolah lain yang menggunakan sistem tingkat.
c.    Tidak efisien, karena membutuhkan biaya, tenaga dan ruang kelas yang banyak. Hal ini disebabkan atas dasar banyaknya kelompok yang relatif lebih banyak.
d.    Membutuhkan guru yang tinggi tingkat komitmen dan tingkat kecermatannya sehingga guru tersebut mampu mengetahui karakteristik peserta didik secara individual.
e.    Sulit mengharapkan tercapainya komoetensi yang diharapkan karena pada sistem ini segala sesuatunya bergantung kepada peserta didik.
2.    Pengelompokan Kelas Rangkap (Multigrade and Multiage Grouping)
Multigrade dan Multiage Grouping, adalah pengelompokan yang multi tingkat dan multi usia yang dapat terjadi pada sekolah-sekolah yang menggunakan sistem tingkat. Peserta didik yang berbeda tingkat dan berbeda usia akan dikelompokkan ke dalam tempat yang sama sehingga mereka harus berinteraksi dan belajar bersama-sama.
Keuntungan dari sistem pengelompokan demikian adalah sebagai berikut.
a.    Mendorong peserta didik untuk dapat bersosialisasi dengan cepat dengan lingkungan sebayanya.
b.    Peserta didik yang berada pada tingkat awal dan relatif lebih sedikit usianya dapat belajar banyak kepada peserta didik yang berada pada tingkat di atasnya.
c.    Meningkatkan kepercayaan diri peserta didik yang mempunyai kemampuan tinggi pada tingkat yang lebih rendah dan usia yang lebih muda.
d.    Mendorong kuatnya kompetisi peserta didik akibat adanga heterogenitas dalam pengelompokan ini sehingga dapat memacu dalam peningkatan prestasi peserta didik.
Kekurangan sistem pengelompokan demikian adalah sebagai berikut.
a.    Peserta didik yang lebih rendah tingkatannya dan yang lebih rendah tingkat usianya akan merasa dipaksakan menyesuaikan diri dengan peserta didik yang lebih tinggi usia dan tingkatannya.
b.    Peserta didik yang lebih tinggi usianya dan lebih tinggi tingkatnya akan menjadi malas jika mendapati bahwa anggota kelompok lain berasal dari usia dan tingkat yang lebih rendah dengan kemampuan yang tidak dapat membantu banyak untuk kelompok. Sebaliknya, jika ternyata lebih tinggi kemampuannya, akan merasa dirinya tersaingi dan bisa menjatuhkan privasinya.
3.    Pengelompokan Kemajuan Rangkap (The Duel Progress Plan Grouping)
The duel progress plan grouping adalah sistem pengelompokan kemajuan rangkap. Sistem ini dimaksudkan untuk mengatasi perbedaan kemampuan individual di setiap umur dan tingkat. Masing-masing peserta didik diberi kesempatan untuk mengerjakan tugas sesuai dengan kemampuannya.
Keuntungan sistem pengelompokan kemajuan rangkap adalah:
a.    Guru lebih mengenal peserta didiknya.
b.    Layanan yang diberikan oleh guru benar-benar sesuai dengan yang dibutuhkan.
c.    Peserta didik semakin mengenal gurunya.
d.    Peserta didik yang tampak menonjol bakat khususnya akan cepat maju, karena secepat mungkin mendapatkan layanan dari gurunya.
Sedangkan kekurangan sistem pengelompokan kemajuan rangkap adalah sebagai berikut.
a.    Peserta didik yang lebih rendah tingkatannya dan yang lebih muda usianya akan merasa dipaksa menyesuaikan diri dengan peserta didik yang lebih tinggi tingkatan dan usianya.
b.    Peserta didik yang lebih tinggi tingkatan dan usianya akan malas jka mendapati anggota kelompok lain yang berasal dari tingkatan dan usia yang lebih rendah ternyata tidak dapat berbuat banyak untuk kelompoknya. Dan begitu pula sebaliknya, akan merasa tersaingi jika peserta didik yang lebih rendah tingkatan dan usianya mempunyai kemampuan yang lebih tinggi.
4.    Penempatan Sekelompok Siswa pada Seorang Guru (Self Contained Classroom)
Self Contained Classroom adalah penempatan sekelompok peserta didik pada seorang guru. Keuntungan self contained classroom adalah:
a.    Guru akan mengenal peserta didik secara mendalam.
b.    Peserta didik akan lebih leluasa berpartisipasi dalam kelompoknya.
c.    Waktu yang digunakan relatif lebih fleksibel.
d.    Guru akan membantu kelompok yang menjadi tanggungjawabnya.
e.    Memungkinkan kompetisi yang sehat antar kelompok.
Sedangkan kekurangannya adalah:
a.    Peserta didik hanya mendapatkan pengalaman dari seorang guru.
b.    Mengharuskan guru mengusai banyak bidang secara general.
c.    Guru terisolasi dengan teman sejawatnya dikarenakan lebih bayak berkelompok dengan peserta didik.
d.    Waktu guru lebih banyak dipergunakan untuk persiapan.
5.    Pembelajaran Beregu (Team Teaching)
Adalah suatu pengelompokan dimana peserta  didik diajar oleh guru secara team. Dalam suatu team guru merancang pengajaran secara bersama-sama dengan anggota lainnya, dan mengadakan pembagian yang jelas antara apa yang harus dikerjakan sendiri, dikerjakan anggota lain, dan dikerjakan bersama-sama secara team. Dengan demikian, akan mendapatkan perspektif yang lebih luas.
Keuntungan sistem team teaching adalah:
a.    Guru menjadi ahli dalam bidangnya karena terus menerus mengembangkan speasialisasinya bersama dengan guru-guru yang terlibat dalam team.
b.    Tidak terjadi kekosongan guru, karena guru satu yang berhalangan hadir dapat diganti oleh guru yang lain.
Sedangkan kekurangannya adalah:
a.    Pengajaran bisa gagal jika kerjasama antar anggota team tidak berjalan dengan baik.
b.    Banyak waktu yang digunakan untuk merencanakan kerja team.
c.    Memerlukan tempat dan ruang khusus.
6.    Departementalisasi
Departementalisasi adalah sistem pengelompokan peserta didik, dimana guru hanya mengkhususkan diri pada satu mata pelajaran tertentu.
Beberapa keuntungan departementalisasi adalah:
a.    Guru akan lebih kompeten mengajar karena ia mendalami terhadap apa yang akan mereka ajarkan.
b.    Peserta didik mendapatkan pengetahuan yang dalam, karena yang memberikan materi adalah guru yang ahli dalam bidangnya.
Kekurangan sistem ini adalah:
a.    Bisa terjadi kekosongan guru saat guru lain tidak hadir, guru lain tidak bisa menggantikan, karena hanya terfokus pada satu mata pelajaran.
b.    Menyebabkan guru menjadi malas belajar karena sudah merasa ahli di bidangnya.
c.    Guru cenderung menganggap bahwa keahliannya yang lebih penting dibanding keahlian orang lain.
7.    Pengelompokan Berdasarkan Kemampuan (Ability grouping)
Ability grouping adalah sistem pengelompokan berdasarkan kemampuan peserta didik. Peserta didik yang mempunyai kemampuan yang sama ditempatkan pada kelompok yang sama.
Keuntungan ability group adalah:
a.    Guru mudah menyesuaikan pengajarannya sesuai dengan kemampuan peserta didik.
b.    Peserta didik yang mempunyai kemampuan lebih tinggi tidak merasa terhambat perkembangannya oleh peserta didik yang berkemampuan rendah.
c.    Peserta didik yang mempunyai kemampuan sama akan dapat saling mengisi dan membantu perkembangan kemampuan mereka.
d.    Peserta didik yang berkemampuan rendah tidak merasa tertinggal jauh dengan anggota kelompoknya.
Kelemahan ability group adalah:
a.    Guru harus membuat persiapan yang berbeda-beda, ada rancangan pengajaran yang dikhususkan untuk siswa berkemampuan rendah dan tinggi.
b.    Peserta didik merasa terganggu privasinya jika dimasukkan ke dalam kelompok inferior.
c.    Peserta didik yang masuk ke dalam kelompok superior merasa dirinya lebih dan sombong.
Menurut Ny. Pakasi (Imron,1995:86), mengelompokkan peserta didiknya berdasarkan prestasi belajarnya di kelas yang disebut dengan Achievement Grouping
Achievement grouping adalah sistem pengelompokan berdasarkan prestasi belajarnya di kelas. Peserta didik yang berprestasi tinggi dikelompokkan dengan peserta didik yang berprestasi tinggi, dan begitu pula sebaliknya. Ada tiga macam pengelompokan, yaitu kelompok untuk peserta didik yang cepat berpikir, kelompok untuk peserta didik yang sedang dan kelompok untuk peserta didik yang lambat belajar.
           
D. Pengelompokan dan Penjurusan
Penjurusan didasarkan atas karakteristik yang ada pada peserta didik.  Penjurusan lebih diorientasikan pada tujuan dan prospektif peserta didik setelah lulus. Setelah kurikulum 1984, penjurusan secara garis besar dibagi menjadi dua, yaitu program A dan program B. Program A digolongkan menjadi A1, A2, A3, A4. Program A1, mempelajari tentang ilmu fisik. Program A2 mengarahkan peserta didik untuk menguasai ilmu biologi. Program A3, mengarahkan untuk menguasai ilmu sosial. Program A4, mempersiapkan peserta didik agar menguasai ilmu budaya termasuk agama.
1.    Program ilmu fisik menyiapkan peserta didik  untuk melanjutkan program studi pendidikan tinggi yang mengkaji gejala-gejala alamiah yang menyangkut benda atau bahan tak hidup. Seperti fisika, kimia, elektronika, astronomi, geologi, maupun matematika.
2.    Program ilmu biologi menyiapkan peserta didik  untuk melanjutkan program studi pendidikan tinggi yang mengkaji gejala-gejala alamiah yang hidup. Seperti pertanian, kedokteran, biologi dan sebagainya.
3.    Program ilmu sosial menyiapkan peserta didik  untuk melanjutkan program studi pendidikan tinggi yang mengkaji kehidupan sosial manusia. Seperti ilmu administrasi, ilmu ekonomi, ilmu politik, sosiologi, psikologi, dan sebagainya.
4.    Program pengetahuan budaya menyiapkan peserta didik  untuk melanjutkan program studi pendidikan tinggi yang mengkaji aspek-aspek budaya seperti hukum, pengetahuan agama (teologi), filsafat, bahasa, sastra, dan sebagainya.
Sedangkan program B dimaksudkan untuk mempersiapkan peserta didik ke lapangan kerja atau terjun ke masyarakat. Selain itu juga untuk mempersiapkan peserta didik yang akan memasuki politeknik dan program diploma.
Program B digolongkan menjadi:
1.    Program-program di bidang teknologi industri menyiapkan peserta didik yang memilih bidang teknologi industri sebagai lapangan kerja, mempersiapkan ke politeknik, akademi teknik.
2.    Program di bidang komputer menyiapkan peserta didik yang meneruskan ke akademi komputer, diploma komputer ataupun memilih bidang komputer sebagai lapangan kerja.
3.    Program di bidang pertanian dan kehutanan menyiapkan peserta didik yang meneruskan ke akademi pertanian, akademi kehutanan, diploma, ataupun memilih bidang pertanian dan kehutanan sebagai lapangan kerja.
4.    Program di bidang jasa mempersiapkan peserta didik yang meneruskan ke akademi perdagangan, akademi pariwisata,akademi sekretaris ataupun memilih bidang pelayanan sebagai lapangan kerja.
5.    Program di bidang kesejahteraan keluarga mempersiapkan peserta didik yang meneruskan ke akademi gizi, akademi kesejahteraan keluarga, ataupun memilih bidang kesejahteraan keluarga sebagai lapangan kerja.
6.    Program di bidang maritim mempersiapkan peserta didik yang meneruskan ke akademi pelayaran, perikanan laut ataupun memilih bidang maritim sebagai lapangan kerja.
7.    Program di bidang budaya mempersiapkan peserta didik yang meneruskan ke akademi bahasa, teater, seni rupa ataupun memilih bidang budaya sebagai lapangan kerja.
8.    Program di bidang pengetahuan agama mempersiapkan peserta didik yang meneruskan ke program pendidikan agama ataupun memilih bidang agama sebagai lapangan kerja.


BAB III
PENUTUP

A.  Kesimpulan
Pengelompokan peserta didik didasarkan atas pandangan bahwa disamping peserta didik mempunyai kesamaan, peserta didik juga mempunyai perbedaan. Kesamaan-kesamaan yang ada pada peserta didik melahirkan pemikiran penempatan pada kelompok yang sama, sementara perbedaan-perbedaan yang ada pada peserta didik melahirkan pemikiran pengelompokan mereka pada kelompok yang berbeda. Jika perbedaan antara peserta didik satu dengan yang lain dicermati lebih mendalam, akan didapati perbedaan antar individu dan perbedaan intra individu. Yang pertama lebih teraksentuasi pada berbedanya peserta didik satu dengan yang lain dalam kelas. Kedua, lebih teraksentuasi pada berbedanya kemampuan masing-masing peserta didik dalan berbagai mata pelajaran atau bidang studi. Pengelompokan peserta didik juga didasarkan atas realitas bahwa peserta didik secara terus-menerus bertumbuh dan berkembang. Pertumbuhan dan perkembangan peserta didik satu dengan yang lain berbeda. Agar perkembangan peserta didik yang cepat tidak mengganggu peserta didik yang lambat dan begitu sebaliknya, dilakukanlah pengelompokan peserta didik.

B.  Saran
Dalam pengelompokan peserta didik sebaiknya sekolah tidak hanya melihat memperhatikan hobby dan keaktifannya, tetapi juga harus dilihat dari kelebihan atau bakat yang dimiliki peserta didik, karena tidak semua peserta didik memiliki bakat atau kelebihan yang sama. Dalam hal ini dapat mempermudah peserta didik dan guru dalam proses pembelajaran.

 

DAFTAR RUJUKAN

___, (2009). Pengelompokan Siswa, (Online), (http://www.doublehelixprivat.com/2009/05/teknik-pengelompokan-siswa.html), diakses 14 September 2016.
Imron, Ali.  1995. Manajemen Peserta Didik Di Sekolah. Malang: Depdikbud IKIP Malang.
Imron, Ali. 2015. Manajemen Peserta Didik Berbasis Sekolah. Jakarta: Bumi Aksara.
Undang-Undang SISDIKNAS (UU RI No. 20 Th 2003). 2014. Jakarta: Sinar Grafika.