BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Moral
adalah suatu kebutuhan penting bagi setiap individu, terutama sebagai pedoman
menemukan identitas individu tersebut. ,oral menyangkut sesuatu yang baik -
buruk, benar - salah, dan tepat - tidak tepat pada perbuatan semua manusia
dalam kehidupan masyarakat. Moral sangat melekat dalam diri individu, diamana
ia menyesuaikan diri dalam masyarakat sesuai aturan yang berlaku dalam masyarakat
tersebut.
B.
Rumusan
Masalah
1. Apa
pengertian moral ?
2. Bagaimana
tahap-tahap perkembangan moral ?
3. Apa
saja faktor yang mempengaruhi perkembangan moral ?
C.
Tujuan
1. Mahasiswa
dapat mengetahui pengertian moral.
2. Mahasiswa
dapat mengetahui perkembangan moral.
3. Mahasiswa
dapat mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan moral.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Moral
Kata moral berasal dari kata latin
“mos” yang berarti kebiasaan. Manusia yng tidak memiliki moal disebut amoral.
Moral merupakan hal mutlak yang harus dimiliki stiap orang. Moral adalah
perbuatan/tingkah laku/ ucapan seeorang dalam berinterksi dengan manusia.
Penilain moral sendiri diukur dari kebudayaan masyarakat setempat.
Moral adalah ajaran tentang baik
buruk perbuatan dan kelkuan, akhlaq, kewajiban, dan sebagainya (purwadarminto,
1957:957). Di dalam moral diatur segala perbuatan yang dinilai baik dan perlu
dilakukan, dan suatu perbuatan tidak baik yang perlu dihindari. Moral berkaitan
dengan pembedaan antara perbuatan yang benar dan perbuatan yang salah. Dengan
demikian, moral merupakan kendali dalam bertingkah laku dan moral juga
merupakan control dalam bersikap dan bertingkah laku sesuai dengan nilai-nilai
hidup. Adapun pengertian moral dalam kamus filsfat dapat dijabarkan sebagai
berikut :
a. Menyangkut
kegiatan yang dipandang baik atau buruk, benar atau salah, tepat atau tidak
tepat.
b. Sesuai
dengan kaidah-kadah yang diterima, menyangkut apa yang dianggap benar.
c. Memiliki
:
·
Kemampuan untuk
diarahkan oleh baik buruk.
·
Kemampuan untuk mempengaruhi
orang lain.
d. Menyangkut
cara seseeorang bertingkah laku dalam berhubugan dengan orang lain.
B.
Karakteristik
Perkembangan Moral
Michel meringkas
tiga perubahan dasar dalam moral :
1. Pandangan
moral individu makin lama menjadi lebih abstrak
2. Keyakinan
moral lebih terpusat pada yang benar
3. Penialan
moral merupakan bahan emosi dan menimbulkan ketegangan emosi
Kohlberg
mengemukakan enam tahap (stadium) perkembangan moral dalam tiga tingkatan secara
universal dan dalam urutan tertentu :
1. Prakonvensional
2. Konvensional
3. Post-konvensional
Tingkat I. Prakonvensional, yang terdiri dari
stadium 1 dan 2
Pada
stadium 1, anak berorientasi kepada kepatuhan dan hukuman. Menganggap baik atau
buruk atas dasar akibat yang ditimbulkannya. Anak hanya mengetahui bahwa aturan
ditentukan oleh adanya kekuasaan yang tidk bias dignggu gugat. Ia harus menurt,
kalau tidak akan memperoleh hukuman.
Pada
stadium 2, berlaku prinsip Relavistik-Hedonism. Anak tidak lagi secara mutlak
tergantung kepada aturan yang ada diluar dirinya, atau ditentukan oleh orang
lain. relativistic artinya bergantung pada kebutuhan dan kesanggupan seseorang
(hedonistic).
Tingkat II. Konvensional, yang terdiri atas stadium
3 dan 4
Stadium 3, Menyangkut orientasi
mengenai anak yang baik. Pada stadium ini. Anak mulai memasuki umur belasan
tahun, di mana anak meperlihatkan orientasi perbuatan-perbuatan yag dapat
dinilai baik atau tidak baik oleh orang lain. Masyarakat adalah sumber yang menentukan, apakah
perbuatan seseorang baik atau tidak.
Perkembangan moral juga dibedakan
menjadi beberapa tahap:
1. Permulaan
moral pada masa bayi
Bayi
tidk mmiliki hierarki nilai dan suara hati. Bayi tergolong non moral, dalam
artian bahwa perilakunya tidak dibimbing norma-norma moral. Lambat aun dia akan
mempelajari moral dari orang tua dan
lingkungan sekitar.
Belajar
berperilaku moral merupakan proses yang lama dan lamban. Tetpi dasar-dasarnya
diletakkan dalam masa bayi dan berdasarkan dasr-dasar inilah bayi membangun
kode-kode moral yang membimbing perilakunya bila telah menjadi besar. Bayi
menilai benar atau salahnya suatu tindakan menurut kesenangan atau kesakitan
yang ditimbulkannya dan bukan menurut baik atau buruknya efek terhadap orang
lain atau lingkugan sekitarnya. Karena itu bayi menganggap suatu buruk bial ia
sendiri menglami keburukannya, dan sebaliknya. Ia tdak memiliki rasa bersalah
karena kurang memiliki norma yang pasti tentang benar dan salah.
Bayi
beada dalam tahap perkembangan moral yang oleh Piaget disebut “moralitas dengan
paksaan” yang meupakan tahap pertama dari tiga tahap perkembangan moral. Tahap
ini akan berakhir saat usia tujuh sampai delapan tahun dan ditadai oleh
keptuhan otomatis kepda aturan-aturan.
2. Perkembangan
moral anak kecil
Perkembagan
moral pada anak kecil masih dalam tingkat yang rendah. Hal inin karena
perkembangan intelektual anak belum mencapai titik untuk dapat mempelajari atau
menerapkan prinsip-prinsi tentang benar atau salah. Ia juga tidak punya
dorongan untuk megikuti peraturan-peraturan karena tidak mengerti manfaat sebagai
anggota kelompok social. Maka dai itu anak harus belajar berperilak sesuai
moral dalam berbagai situasi.Pada perkembangan moral anak ini terdapat
teori-teori yaitu antara lain :
a. Teori
psikoanalisa
Teori psikoanalisa membagi struktur
kepribadian mausia menjadi tiga, yaitu id, ego, dan superego. Id adalah
struktur kepribadian yang terdiri aas aspek biologis yang irasional dan tidak
disadari. Ego adalah struktur kepribadian yang terdiri atas aspek psikologis,
yaitu subsistem ego yang rasional dan disadari, namun tidak memiliki moralitas.
Superego adalah struktur kepribadian yang terdiri atas asspek social yang
berisikan system nilai dan moral.
Menurut Freud, semua orang
mengalami konflik Oedipus. Konflik ini akan menghasilkan pembentukan struktur
kepribadian yang dinamakan sebagai superego. Pada konflik ini perkembngan moral
dimulai.
b. Teori
belajar-sosial
Teori belajar – social melihat
tingkah laku moral sebagai respons atas stimulus. Dalam hal inni, proses-proses
penguatan, penghukuman, dan peniruan digunakan untuk menjelaskan perilaku moral
anak. Bila anak diberi hadiah atas perilaku yang sesuai aturan dan moral, maka
ia akan mengulanginya. Sebaliknya diberi hukuman atas perilaku yang tidak
bermoral, maka ia akan menguranginya.
c. Toeri
kognitif Piaget
Teori ini melibatkan
prinsip-prinsip dan proses-proses yang sama dengan pertumbuhan kognitif. Piaget
menyimpulkan bahwa pemikiran anak – anak tentang moralitas dapat dibedakan atas
dua tahap, yaitu tahap heteronomous morality dan autonomous morality.
Heteronomous morality atau morality
constraint ialah tahap perkembangan moral yang terjadi pada anak usia 6-9tahun.
Dalam tahap ini anak menghormati ketentuan – ketentuan sebagai aturan yang
bersifat suci dan tidak dapat diubah, karena berasal dari otoritas yang
dihormatinya. Mereka yakin akan keadilan immanen, yaitu konsep bahwa aturan
dilanggar akan berakibat hukuman.
Autonomous morality atau morality
of cooperation ialah tahap perkembangan moral yang terjadi pada anak usia
kira-kira 9-12 tahun. Pada tahap ini anak muli sadar bahwa aturan atau
hokum-huku merupakan ciptaan manusia dan dalam menerapkan suatu hukuman atas
suatu tindakan harus mempertimbangkan maksud pelaku serta akbat-akibatnya.
Dalam tahap ini, anak juga meninggalkan penghormatan sepihak kepada otoritas
dan mengembangkan penghormatan kepada teman sebayanya.
d. Teori
Kohlberg
Teori Kohlberg merupakan perluasan,
modifikasi, dan redefinisi atas teori Piaget.kohlberg mengklasifikasi
perkembangan moral atas tiga tingkatan, dan enam tahap.
Tingkatan
terdiri atas :
·
prakonvensioanal
moralitas
Level dimana
anak mengenal moralitas berdasarkan dampak yag ditimbulkan.
·
Konvensional
Suatu perbuatan
inilai baik oleh anak apabila memetuhi kelompo sebayanya.
·
pasca konvensional
pada level ini
aturan dan institusi dari masyarakat tidak dipandang sebagai tujuan akhir,
tetapi diperluas sebagai subyek.
Sedangkan tahaphapannya terdiri
atas :
·
orientasi kepatuhan dan
hukuman
Pemahaman anak
tentang baik dan buruk ditentukan oleh otoritas.
·
Orientasi hedonistic-innstrumental
Suatu perbuatan
dinilai baik apabila berfungsi sebagai instruen untuk memenuhi kebutuhan atau
kepuasn diri.
·
Orientasi anak yang
baik
Tindakan
berorientasi pada orang lain. Suatu dianggap baik apabila menyenangkan orang
lain.
·
Orientasi keteraturan
dan otoritas
Perilaku yang
dianggap baik adalah menunaikan kewajiban, menghormati otoritas, dan memelihara
ketertiban social.
·
Orientasi control
social-legalistik
Ada semacam
perjanjian antara dirinya dan lingkungan social. Perilaku dianggap baik apabila
sesuai dengan undang-undang.
·
Orientasi kata hati
Kebenaaran
ditentukan oleh kata hati, sesuai prinsip dan etika universal dan penghormatan
terhadap martabat manusia.
Hal penting lain dari teoi
perkembangan Kohlberg adalah
Orientasinya untuk mengungkapkan
moral yang hanya ada dalam pikiran dan yang dibedakan dengan tingkah laku moral
dalam arti perbuatan nyata. Semakin tinggi tahap perkembangan moral seseorang,
akan semakin terlihat moralitas yang lebih mantap dan bertanggung jawab dari
perbuatan-perbuatannya.
3. Perkembangan
moral remaja
Salah
satu tugas perkembangan penting yang harus dikuasai remaja adalah mempelajari
apa yang diharapkan dan kemudian mau membentuk perilakunya agar sesuai dengan
harapan social tanpa terus dibimbing, diawasi, didprong, dan diancam hukuman
seperti masa anak-anak. Reamaja diharapkan mengganti konsep-konsep moral yang
berlaku khusus saat masa kanak-kanak denga prinsip moral yang berlaku umum dn
merumuskannya ke dalam kode moral yang
akan befungsi sebagai pedoman bagi perilakunya. Tidak kalah pentingnya,
sekarang remaja harus mengendalikan erilakunya sendiri. Mitchell meringkas lima
perubahan dasar dalam moral yang harus dilakukan oleh remaja, yaitu :
a. Pandangan
moral individu makin lama makin menjadi leboh abstark dan kuang konkrit.
b. Keyakinan
moral lebih terpusat pada apa yang benar dan kurang pada apa yang salah.
Keadilan muncul sebagai kekuatan moral yang domoinan.
c. Penlaian
moral menjadi semakin kogniif. Ini mendorong lebih berani menganalisis
kode-kode social dank ode pribadi daripad masa kanak-kanak an berani mengambil
keputusan terhadap berbagai masalah moral yang dhadapinya.
d. Penilaian
moral menjai kurang egosentris.
e. Penilaian
moral secara psikologis menjadi lebih mahal dalam arti bahwa penilaian moral
merupakan bahan emosi dan menimulkan ketegangan psikologis.
Sekarang remaja diharapkan mampu
mempertimbangkan semua kemungkinan untuk menyelesaikan suatu maslah dan
mempertanggungjawabkan berdasarkan suatu hipotesis. Jadi ia dapat memandang
masalahnya dari beberapa sudut pandang dan menyelesaikannya dengan mengambil
banyak fktor sebagai dasar pertimbangan. Menurut Kohlberg “moralitas
pascakonvensional” harus dicapai pada masa remaja. Tahap ini merupakan tahap
menerima sendiri jumlah prinsip dan terdiri dari dua tahap. Tahap pertama
individu yakin bahwa harus ada kelenturan dalam keyakinan moral sehingga
dimunginkan adanya perbaikan dan perubahan standar moral. Tahap kedua individu
menyesuaikan diri dengan standar moral dan ideal yang diinternalisasi lebih
untuk menghindari hukuman terhadap dirinya. Dalam tahap ini, moral didasarkan
rasa hormat kepada orang-orang lain dan bukan kepada keinginan yang bersifat
pribadi.
Sekalipun dengan dasar terbaik,
ketiga tugas pokok dalam mencapai moralitas dewasa, yaitu mengganti konsep
moral khusu dengan konsep moral umum, merumuskan kosep yang baru dikembangkan
ke dalam kode moral sebagai pedoman tingkah laku, dan melakukan pegendalian
trhadap perilaku sendiri, merupakan tugas yang sulit bagi remaja. Beberapa
remaja tidak berhasil melakuakan peralihan kedalam tahap moralitas dewasa.
Remaja lainnya tidak hanya gagal melakukan peralihan, tetapi juga membentuk
kode moral berdasarkan konsep moral yang secara social tidak dapat diterima.
C.
Faktor-faktor
yang Mempengaruhi Perkembangan Moral
Menurut
Kohlberg (dalam Janssens, 1992) ada 3 faktor umum yang mempengaruhi atau
memberi kontribusi pada perkembangan moral :
1. Kesempatan
pengambilan peran
Perkembangan
pealaran moral meningkat ketika seseorang terlibat dalam situasi dimana
seseorang mengambil perspektif social.
2. Situasi
moral
Setiap
lingkungan social dikarakteristikkan sebagai hak dan kewajiban yang
fundamentaldan melibatkan kepuusan. Dalam beberapa lingkungan, keputusan
diambil dengan aturan, tradisi, hokum atau figure otoritas.
3. Konflik
moral kognitif
Yaitu
merupakan pertentangan penalaran moral seseorang dengan orang lain.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Moral
merupakan hal mutlak yang harus dimiliki stiap orang. Moral adalah
perbuatan/tingkah laku/ ucapan seeorang dalam berinterksi dengan manusia.
Penilain moral sendiri diukur dari kebudayaan masyarakat setempat.
Kohlberg
mengemukakan enam tahap (stadium) perkembangan moral dalam tiga tingkatan secara
universal dan dalam urutan tertentu :
1. Prakonvensional
2. Konvensional
3. Post-konvensional
Beberapa faktor
yang mempengaruhi perkembangan moral adalah:
1. Kesempatan
pengambilan peran
2. Situasi
moral
3. Konflik
moral kognitif
B.
Daftar
Pustaka
1. Husdarta
& Kusmaedi Nurlan.2010. Pertumbuhan
dan Perkembangan Peserta Didik (Olahraga & Kesehatan). Bandung:
ALFABETA, cv.
2. Mar’at
Samsunuwiyati. 2005. Psikologi
Perkembangan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
3. Sunarto & Hartono Agung.2008. Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar