BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dari segi manajemen
kepemimpinan diartikan sebagai kemampuan untuk mempengaruhi dan menggerakan
orang lain agar rela, mampu dan dapat mengikuti keinginan manajemen demi
tercapainya tujuan yang telah ditentukan sebelumnya dengan, efektif, efisien
dan ekonomis (Siagian: 1983, hal: 97).
Kepemimpinan merupakan
faktor terpenting dalam sebuah organisasi maupun manajemen. Kepemimpinan
merupakan hal yang vital karena yang menentukan arah dan tujuan, memberikan
bimbingan dan menciptakan iklim organisasi yang mendukung pelaksanaan proses
kegiatansuatu organisasi. Pemimpin juga yang berpengaruh terhadap maju atau mundurnya sebuah organisasi yang di
pimpinya. Dalam kepemimpinanya pemimpin memiliki tipe dan gaya yang
berbeda-beda. oleh sebab itu makalah ini akan membahas tentang tipe dan gaya
kepemimpinan.
1.2 Rumusan Masalah
1.
Apa definisi kepemimpinan pendidikan?
2.
Apa saja gaya dan tipe-tipe kepemimpinan?
3.
Bagaimana menciptakan kepemimpinan
pendidikan yang demokratis?
4.
Apa saja sistem-sistem manajemen Likert?
1.3 Tujuan Pembahasan
1.
Menginformasikan definisi kepemimpinan
pendidikan.
2.
Menjabarkan gaya dan tipe-tipe
kepemimpinan.
3.
Menjelaskan bagaimana menciptakan
kepemimpinan pendidikan yang demokratis.
4.
Memaparkann sistem-sistem manajemen
Likert.
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1
Definisi Kepemimpinan Pendidikan
Kepemimpinan
merupakan suatu kemampuan dan kesiapan seseorang untuk mempengaruhi, membimbing
dan mengarahkan atau mengelola orang lain agar mereka mau berbuat sesuatu semi
tercapainya tujuan bersama. Seseorang yang ingin diakui sebagai pemimpin harus
memiliki kelebihan dalam beberapa fungsi yakni mempengaruhi, membimbing sampai
pada kemampuan mengelola orang lain. Dari segi manajemen, kepemimpinan
diartikan sebagai kemampuan untuk mempengaruhi dan menggerakkan orang lain agar
rela, mampu, dan dapat mengikuti keinginan manajemen demi tercapainya tujuan
yang telah ditentukan sebelumnya dengan efektif, efisien dan ekonomis.
(Siagian, 1983, hal. 97).
Memimpin berarti
membimbing, mengarahkan, menuntun, dan merintiskan jalan. Tugas pokok pemimpin
adalah menolong suatu kelompok dengan segala kemampuan yang dimiliki, untuk
mencapai tujuan kelompok itu secara efektif. Pemimpin bukan berdiri di belakang
kelompok untuk mendorong dan membangkitkannya, melainkan menempatkan diri
mereka di depan kelompok untuk mempermudah dan mendorongnya untuk mencapai
tujuan-tujuan organisasi.
Secara garis besar
kepemimpinan atau kegiatan memimpin merupakan usaha yang dilakukan oleh
seseorang dengan segenap kemampuan yang dimilikinya untuk mempengaruhi,
mendorong, mengarahkan dan menggerakkan orang-orang yang akan dipimpin supaya
mereka mau bekerja dengan penuh semangat dan kepercayaan dalam mencapai dalam
mencapai tujuan-tujuan organisasi.
Sedangkan kepemimpinan
pendidikan merupakan suatu kesiapan, kemampuan yang dimiliki oleh seseorang dalam
proses mempengaruhi, mendorong, membimbing, mengarahkan dan menggerakkan orang
lain yang ada hubungannya dengan pelaksanaan dan pengembangan pendidikan dan
pengajaran, agar segenap kegiatan dapat berjalan secara efektif dan efisien,
dan dapat mencapai tujuan pendidikan dan pengajaran.
2.2
Gaya dan Tipe-Tipe Kepemimpinan
Bentuk-bentuk
kepemimpinan sering kita jumpai dalam kehidupan masyarakat sehari-hari. Sesuai
dengan situasi sekarang dimana kita berada di tengah-tengah perjuangan menuju
kesuksesan tujuan pendidikan membutuhkan tipe-tipe pemimpin sebagai pemimpin
pendidikan (Official Leader), yang cara kerja dan cara bergaulnya dapat
dipertanggungjawabkan dan bisa menggerakkan orang lain untuk turut serta
mengerjakan sesuatu yang berguna bagi kehidupannya. Graves memberikan laporan
bahwa ada 4 tipe kepemimpinan antara lain:
1.
Type Autoritarian
Pemimpin lebih bersifat
ingin berkuasa, suasana di sekolah selalu tegang. Pemimpin sama sekali tidak
memberikan kebebasan kepada anggota kelompok untuk turut ambil bagian dalam
memutuskan suatu persoalan. Inisiatif dan daya fikir anggota sangat dibatasi
sehingga tidak diberi kesempatan untuk mengeluarkan pendapat mereka. Kepala
sekolah bebas membuat suatu peraturan sendiri dan harus ditaati dan diikuti
oleh anggota, akhirnya tindakan ini tidak bisa menciptakan kegembiraan kerja
dari suatu kelompok, sebab bawahan merasa dipermainkan dan tidak adanya harga
diri.
2.
Type Laizzes-Faire
Sifat kepemimpinan yang
seolah-olah tidak tampak, sebab pada tipe ini seorang pemimpin memberikan
kebebasan penuh kepada para anggotanya dalam melaksanakan tugasnya, atau secara
tidak langsung segala peraturan, kebijaksanaan (policy) suatu institusi berada
di tangan anggota. Anggota kelompok bekerja menurut kehendaknya masing-masing
tanpa adanya pedoman kerja yang baik. Disini seorang pemimpin mempunyai
keyakinan bahwa dengan memberikan kebebasan yang seluas-luasnya terhadap
bawahan, maka semua usahanya akan cepat berhasil.
3.
Tipe Demokratis
Dalam tipe kepemimpinan
ini seorang pemimpin selalu mengikutsertakan seluruh anggota kelompoknya dalam
mengambil suatu keputusan. Pemimpin yang bersifat demikian akan selalu
menghargai pendapat atau kreasi anggotanya yang ada di bawahannya dalam rangka
membina sekolahnya. Pemimpin memberikan sebagian kekuasaannya kepada
bawahannya, sehingga para bawahan turut bertanggung jawab terhadap pelaksanaan
program pendidikan dan pengajaran di sekolah.
Kepala sekolah sebagai
seorang pemimpin lebih mementingkan kepentingan bersama dari pada kepentingan
sendiri, sehingga terciptalah hubungan dan kerjasama yang baik dan harmonis,
saling bantu membantu dalam melaksnakan tugasnya dengan kegembiraan dan
kesenangan hati untuk memajukan rencana pendidikan di sekolah.
Kepala sekolah sebagai
pemimpin pendidikan hendaknya mempunyai sifat kepemimpinan yang demokratis, unsur-unsur
demokrasinya harus Nampak dalam tata kehidupan di sekolah, misalnya:
a.
Kepala sekolah harus menghargai martabat
tiap tipe anggota yang mempunyai perbedaan individu.
b.
Kepala sekolah harus menciptakan situasi
pekerjaan sedemikian rupa sehingga nampak dalam kelompok yang saling menghargai
dan saling menghormati.
c.
Kepala sekolah hendaknya menghargai cara
berfikir, meskipun dasar pikiran itu bertentangan dengan pendapat sendiri.
d.
Kepala sekolah hendaknya menghargai
kebebasan individu.
Unsur-unsur
di atas sangat memegang peranan penting dalam memperkembangkan kepemimpinan
kepala sekolah yang selanjutnya bisa kita kenal sebagai “Status Leadership”.
4.
Tipe Pseudo Demokratis
Tipe kepemimpinan yang
dimaksudkan adalah demokrasi yang semu, artinya seorang pemimpin yang mempunyai
sifat pseudo demokratis hanya menampakkan sikapnya saja yang semokratis,
dibalik kata-katanya yang penuh tanggung jawab ada siasat yang sebenarnya
merupakan tindakan yang absolut. Pemimpin yang pseudo demokratis penuh dengan
manipulasi sehingga pendapatnya sendiri yang harus didetujui.
2.3
Kepemimpinan Pendidikan yang Demokratis
Untuk mencapai
kepemimpinan yang demokratis, maka seorang pemimpin akan menghadapi 2 macam
tekanan yaitu:
1.
Tekanan metode otoriter dan tuntutan
penyesuaian untuk melaksanakan tugas dan kewajiban.
2.
Tekanan sebagai akibat dari
pendapat-pendapat baru dalam berbagai bidang ilmu pengetahuan.
Untuk menyelesaikan
persoalan, masyarakat yang demokratis memandang individu dan kelompok sebagai
organisme yang dinamis dan kreatif, maka makin terasa keperluan bagi personil
sekolah untuk dijadikan dasar dalam proses pengambilan keputusan.
Sifat kepemimpinan yang
demokratis pada waktu sekarang terdapat lebih dari lima ratus hasil riset
tentang kepemimpinan, jika bahan itu dimanfaatkan dengan baik, maka kita akan
dapat mempergunakan sikap kepemimpinan yang baik pula. (R. Iyeng Wiraputra,
1976, hal. 37).
Beberapa pernyataan
yang penting diantaranya yaitu:
a.
Kepemimpinan merupakan hasil interaksi
antar individu dalam kelompok.
b.
Semua anggota mempunyai potensi untuk
memimpin dan memperlihatkan sikap kepemimpinan.
c.
Kepemimpinan berarti beralih dari
situasi ke situasi.
d.
Efektivitas sifat kepemimpinan dengan
memperhatikan tujuan, produktifitas dalam mencapai tujuan dan pembinaan
solidaritas kelompok.
Hasil
research menunjukkan bahwa untuk mencapai kepemimpinan yang demokratis,
aktivitas pemimpin harus:
1.
Meningkatkan interaksi kelompok dan
merencanakan kooperatif.
2.
Menciptakan iklim yang sehat untuk
perkembangan individual dan memecahkan pemimpin-pemimpin.
Konsep kepemimpinan
yang demokratis harus dapat dibuktikan kepemimpinannya dengan arah tindakan,
dimana:
1)
Kebebasan berfikir seseorang atau
kelompok menghasilkan tindakan yang bertanggung jawab.
2)
Perbedaan penilaian dan kepercayaan
dapat memanfaatkan perbedaan itu untuk lebih mendekati kebenaran.
3)
Motivasi, perasaan dan semtimen
orang-orang untuk mengarahkan kepada pemecahan masalah-masalah.
4)
Kelompok-kelompok dapat mencari
pertimbangan antara kepentingan kelompok dan kepentingan umum.
5)
Orang-orang memakai kecakapannya dengan
efektif dalam menyelesaikan masalah.
6)
Orang-orang tidak hanya memakai sumber
intern, tetapi meluas keluar untuk melaksanakan imajinasi, inisiatif dan
kreatifitas dalam menetapkan dan memecahkan masalah.
2.4
Sistem-Sistem Manajemen Likert
Penelitian Likert
melahirkan sejumlah ide dan pendekatan yang sangat penting dalam memahami
tingkah laku kepemimpinan seorang “proponent” manajemen partisipasi bahwa
manajer efektif sebagaimana diorientasikan secara kuat ke arah bawahan,
tergantung pada komunikasi dalam rangka mempertahankan peserta atau kelompok
agar dapat bekerjasama satu sama lain.
Manajer atau pemimpin
memerlukan suatu hubungan yang suportif untuk melakukan sharing di dalam
kebutuhan bersama, nilai-nilai, aspirasi, tujuan, dan harapan satu sama lain.
Hal tersebut merupakan faktor pendorong, maka pendekatan tersebut dipandang
oleh Likert sebagai cara yang efektif untuk memimpin kelompok.
Likert berasumsi adanya
4 sistem manajemen:
a. Expoitive-authoritative
Manajer-manajer yang termasuk
sangat otoriter, tidak begitu percaya pada bawahan, memotivasi orang dengan
cara mengancam dan memberikan hukuman dengan akibat-akibat tertentu pada suatu
ketika, komunikasi hanya dari atas ke bawah, membatasi pembuatan keputusan pada
tingkat puncak saja dan selalu memperhatikan karakteristik yang sama.
b. Benevolent-authoritative
Pemimpin
ini merendahkan diri dan kepercayaan terhadap bawahan mereka, me,berikan
motivasi berupa hadiah dan hukuman tertentu, masih mentolerir sedikit
komunikasi dari bawah ke atas, memohon ide dan terkadang mendelegaasikan proses
pengambilan keputusan tetapi disertai dengan control kebijakan yang ketat.
c. Consultative
Manajer
ini kepercayaan yang kuat terhadap bawahannya namun tidak seluruhnya diberikan.
Berusaha memanfaatkan ide dan opini anggota secara konstruktif, mengadakan
motivasi dengan cara memberikan hadiah, hukuman dan partisipasi. Penetapan
kebijakan pokok dan keputusan umum pada tingkat pimpinan dengan
keputusan-keputusan yang lebih spesifik oleh level dibawahnya dan melakukan
proses konsultasi.
d. Participative
group
Manajer
bersifat partisipatif daripada yang lainnya, para pemimpin mempunyai
kepercayaan yang penuh atas pengikut mereka. Menampung ide dan opini bawahan
serta menggunakannya secara konstruktif. Memberikan hadiah yang sifatnya
ekonomis berdasarkan pada partisipasi kelompok dan keterlibatan dalam penetapan
tujuan. Komunikasi yang digunakan banyak arah antara pemimpin maupun sesama
bawahan. Merangsang keterlibatan dalam proses pengambilan keputusan.
BAB
III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kepemimpinan pendidikan
merupakan suatu kesiapan, kemampuan yang dimiliki oleh seseorang dalam proses
mempengaruhi, mendorong, membimbing, mengarahkan dan menggerakkan orang lain
yang ada hubungannya dengan pelaksanaan dan pengembangan pendidikan dan
pengajaran, agar segenap kegiatan dapat berjalan secara efektif dan efisien,
dan dapat mencapai tujuan pendidikan dan pengajaran.
Ada empat type
kepemimpinan yang ada yaitu Type Autoritarian, Type Laizzes-Faire, Tipe Demokratis,
Tipe Pseudo Demokratis. Dari keempat type tersebut yang paling cocok diterapkan
adalah Type Demokratis, karena dalam Kepemimpinan Type Demokratis Kepala
sekolah sebagai seorang pemimpin lebih mementingkan kepentingan bersama dari
pada kepentingan sendiri, sehingga terciptalah hubungan dan kerjasama yang baik
dan harmonis, saling bantu membantu dalam melaksnakan tugasnya dengan
kegembiraan dan kesenangan hati untuk memajukan rencana pendidikan di sekolah.
Untuk
mencapai kepemimpinan yang demokratis, maka seorang pemimpin akan menghadapi 2
macam tekanan, yaitu tekanan metode otoriter dan tuntutan penyesuaian untuk
melaksanakan tugas dan kewajiban, serta tekanan sebagai akibat dari
pendapat-pendapat baru dalam berbagai bidang ilmu pengetahuan.
3.2 Saran
Untuk menerapkan
type demokratis dalam sekolah sebaiknya kepala sekolah tetap menjaga komunikasi
yang baik dalam banyak arah antara pemimpin maupun sesama bawahan, agar dapat
mencapai tujuan dan rencana pendidikan sekolah secara efektif dan efisien. Seorang
pemimpin, seharusnya menghindari sikap egois
DAFTAR
RUJUKAN
Burhanuddin.
1994. Analisis Administrasi Manajemen dan
Kepemimpinan Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
Soetopo, H. 2010. Kepemimpinan Pendidikan. Malang: Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Malang.