Sabtu, 11 Februari 2017

Perkembangan Moral Peserta Didik



BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Moral adalah suatu kebutuhan penting bagi setiap individu, terutama sebagai pedoman menemukan identitas individu tersebut. ,oral menyangkut sesuatu yang baik - buruk, benar - salah, dan tepat - tidak tepat pada perbuatan semua manusia dalam kehidupan masyarakat. Moral sangat melekat dalam diri individu, diamana ia menyesuaikan diri dalam masyarakat sesuai aturan yang berlaku dalam masyarakat tersebut.

B.     Rumusan Masalah
1.      Apa pengertian moral ?
2.      Bagaimana tahap-tahap perkembangan moral ?
3.      Apa saja faktor yang mempengaruhi perkembangan moral ?

C.    Tujuan
1.      Mahasiswa dapat mengetahui pengertian moral.
2.      Mahasiswa dapat mengetahui perkembangan moral.
3.      Mahasiswa dapat mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan moral.


BAB II
PEMBAHASAN

A.    Pengertian Moral
Kata moral berasal dari kata latin “mos” yang berarti kebiasaan. Manusia yng tidak memiliki moal disebut amoral. Moral merupakan hal mutlak yang harus dimiliki stiap orang. Moral adalah perbuatan/tingkah laku/ ucapan seeorang dalam berinterksi dengan manusia. Penilain moral sendiri diukur dari kebudayaan masyarakat setempat.
Moral adalah ajaran tentang baik buruk perbuatan dan kelkuan, akhlaq, kewajiban, dan sebagainya (purwadarminto, 1957:957). Di dalam moral diatur segala perbuatan yang dinilai baik dan perlu dilakukan, dan suatu perbuatan tidak baik yang perlu dihindari. Moral berkaitan dengan pembedaan antara perbuatan yang benar dan perbuatan yang salah. Dengan demikian, moral merupakan kendali dalam bertingkah laku dan moral juga merupakan control dalam bersikap dan bertingkah laku sesuai dengan nilai-nilai hidup. Adapun pengertian moral dalam kamus filsfat dapat dijabarkan sebagai berikut :
a.       Menyangkut kegiatan yang dipandang baik atau buruk, benar atau salah, tepat atau tidak tepat.
b.      Sesuai dengan kaidah-kadah yang diterima, menyangkut apa yang dianggap benar.
c.       Memiliki :
·         Kemampuan untuk diarahkan oleh baik buruk.
·         Kemampuan untuk mempengaruhi orang lain.
d.      Menyangkut cara seseeorang bertingkah laku dalam berhubugan dengan orang lain.

B.     Karakteristik Perkembangan Moral
Michel meringkas tiga perubahan dasar dalam moral :
1.      Pandangan moral individu makin lama menjadi lebih abstrak
2.      Keyakinan moral lebih terpusat pada yang benar
3.      Penialan moral merupakan bahan emosi dan menimbulkan ketegangan emosi
Kohlberg mengemukakan enam tahap (stadium) perkembangan moral dalam tiga tingkatan secara universal dan dalam urutan tertentu :
1.      Prakonvensional
2.      Konvensional
3.      Post-konvensional
Tingkat I. Prakonvensional, yang terdiri dari stadium 1 dan 2
            Pada stadium 1, anak berorientasi kepada kepatuhan dan hukuman. Menganggap baik atau buruk atas dasar akibat yang ditimbulkannya. Anak hanya mengetahui bahwa aturan ditentukan oleh adanya kekuasaan yang tidk bias dignggu gugat. Ia harus menurt, kalau tidak akan memperoleh hukuman.
            Pada stadium 2, berlaku prinsip Relavistik-Hedonism. Anak tidak lagi secara mutlak tergantung kepada aturan yang ada diluar dirinya, atau ditentukan oleh orang lain. relativistic artinya bergantung pada kebutuhan dan kesanggupan seseorang (hedonistic).

Tingkat II. Konvensional, yang terdiri atas stadium 3 dan 4
Stadium 3, Menyangkut orientasi mengenai anak yang baik. Pada stadium ini. Anak mulai memasuki umur belasan tahun, di mana anak meperlihatkan orientasi perbuatan-perbuatan yag dapat dinilai baik atau tidak baik oleh orang lain. Masyarakat  adalah sumber yang menentukan, apakah perbuatan seseorang baik atau tidak.
Perkembangan moral juga dibedakan menjadi beberapa tahap:
1.      Permulaan moral pada masa bayi
Bayi tidk mmiliki hierarki nilai dan suara hati. Bayi tergolong non moral, dalam artian bahwa perilakunya tidak dibimbing norma-norma moral. Lambat aun dia akan mempelajari moral dari orang  tua dan lingkungan sekitar.
Belajar berperilaku moral merupakan proses yang lama dan lamban. Tetpi dasar-dasarnya diletakkan dalam masa bayi dan berdasarkan dasr-dasar inilah bayi membangun kode-kode moral yang membimbing perilakunya bila telah menjadi besar. Bayi menilai benar atau salahnya suatu tindakan menurut kesenangan atau kesakitan yang ditimbulkannya dan bukan menurut baik atau buruknya efek terhadap orang lain atau lingkugan sekitarnya. Karena itu bayi menganggap suatu buruk bial ia sendiri menglami keburukannya, dan sebaliknya. Ia tdak memiliki rasa bersalah karena kurang memiliki norma yang pasti tentang benar dan salah.
Bayi beada dalam tahap perkembangan moral yang oleh Piaget disebut “moralitas dengan paksaan” yang meupakan tahap pertama dari tiga tahap perkembangan moral. Tahap ini akan berakhir saat usia tujuh sampai delapan tahun dan ditadai oleh keptuhan otomatis kepda aturan-aturan.
2.      Perkembangan moral anak kecil
Perkembagan moral pada anak kecil masih dalam tingkat yang rendah. Hal inin karena perkembangan intelektual anak belum mencapai titik untuk dapat mempelajari atau menerapkan prinsip-prinsi tentang benar atau salah. Ia juga tidak punya dorongan untuk megikuti peraturan-peraturan karena tidak mengerti manfaat sebagai anggota kelompok social. Maka dai itu anak harus belajar berperilak sesuai moral dalam berbagai situasi.Pada perkembangan moral anak ini terdapat teori-teori yaitu antara lain :
a.       Teori psikoanalisa
Teori psikoanalisa membagi struktur kepribadian mausia menjadi tiga, yaitu id, ego, dan superego. Id adalah struktur kepribadian yang terdiri aas aspek biologis yang irasional dan tidak disadari. Ego adalah struktur kepribadian yang terdiri atas aspek psikologis, yaitu subsistem ego yang rasional dan disadari, namun tidak memiliki moralitas. Superego adalah struktur kepribadian yang terdiri atas asspek social yang berisikan system nilai dan moral.
Menurut Freud, semua orang mengalami konflik Oedipus. Konflik ini akan menghasilkan pembentukan struktur kepribadian yang dinamakan sebagai superego. Pada konflik ini perkembngan moral dimulai.
b.      Teori belajar-sosial
Teori belajar – social melihat tingkah laku moral sebagai respons atas stimulus. Dalam hal inni, proses-proses penguatan, penghukuman, dan peniruan digunakan untuk menjelaskan perilaku moral anak. Bila anak diberi hadiah atas perilaku yang sesuai aturan dan moral, maka ia akan mengulanginya. Sebaliknya diberi hukuman atas perilaku yang tidak bermoral, maka ia akan menguranginya.
c.       Toeri kognitif Piaget
Teori ini melibatkan prinsip-prinsip dan proses-proses yang sama dengan pertumbuhan kognitif. Piaget menyimpulkan bahwa pemikiran anak – anak tentang moralitas dapat dibedakan atas dua tahap, yaitu tahap heteronomous morality dan autonomous morality.
Heteronomous morality atau morality constraint ialah tahap perkembangan moral yang terjadi pada anak usia 6-9tahun. Dalam tahap ini anak menghormati ketentuan – ketentuan sebagai aturan yang bersifat suci dan tidak dapat diubah, karena berasal dari otoritas yang dihormatinya. Mereka yakin akan keadilan immanen, yaitu konsep bahwa aturan dilanggar akan berakibat hukuman.
Autonomous morality atau morality of cooperation ialah tahap perkembangan moral yang terjadi pada anak usia kira-kira 9-12 tahun. Pada tahap ini anak muli sadar bahwa aturan atau hokum-huku merupakan ciptaan manusia dan dalam menerapkan suatu hukuman atas suatu tindakan harus mempertimbangkan maksud pelaku serta akbat-akibatnya. Dalam tahap ini, anak juga meninggalkan penghormatan sepihak kepada otoritas dan mengembangkan penghormatan kepada teman sebayanya.
d.      Teori Kohlberg
Teori Kohlberg merupakan perluasan, modifikasi, dan redefinisi atas teori Piaget.kohlberg mengklasifikasi perkembangan moral atas tiga tingkatan, dan enam tahap.
Tingkatan terdiri atas :
·         prakonvensioanal moralitas
Level dimana anak mengenal moralitas berdasarkan dampak yag ditimbulkan.
·         Konvensional
Suatu perbuatan inilai baik oleh anak apabila memetuhi kelompo sebayanya.
·         pasca konvensional
pada level ini aturan dan institusi dari masyarakat tidak dipandang sebagai tujuan akhir, tetapi diperluas sebagai subyek.
Sedangkan tahaphapannya terdiri atas :
·         orientasi kepatuhan dan hukuman
Pemahaman anak tentang baik dan buruk ditentukan oleh otoritas.
·         Orientasi hedonistic-innstrumental
Suatu perbuatan dinilai baik apabila berfungsi sebagai instruen untuk memenuhi kebutuhan atau kepuasn diri.
·         Orientasi anak yang baik
Tindakan berorientasi pada orang lain. Suatu dianggap baik apabila menyenangkan orang lain.
·         Orientasi keteraturan dan otoritas
Perilaku yang dianggap baik adalah menunaikan kewajiban, menghormati otoritas, dan memelihara ketertiban social.
·         Orientasi control social-legalistik
Ada semacam perjanjian antara dirinya dan lingkungan social. Perilaku dianggap baik apabila sesuai dengan undang-undang.
·         Orientasi kata hati
Kebenaaran ditentukan oleh kata hati, sesuai prinsip dan etika universal dan penghormatan terhadap martabat manusia.
Hal penting lain dari teoi perkembangan Kohlberg adalah
Orientasinya untuk mengungkapkan moral yang hanya ada dalam pikiran dan yang dibedakan dengan tingkah laku moral dalam arti perbuatan nyata. Semakin tinggi tahap perkembangan moral seseorang, akan semakin terlihat moralitas yang lebih mantap dan bertanggung jawab dari perbuatan-perbuatannya.
3.      Perkembangan moral remaja
Salah satu tugas perkembangan penting yang harus dikuasai remaja adalah mempelajari apa yang diharapkan dan kemudian mau membentuk perilakunya agar sesuai dengan harapan social tanpa terus dibimbing, diawasi, didprong, dan diancam hukuman seperti masa anak-anak. Reamaja diharapkan mengganti konsep-konsep moral yang berlaku khusus saat masa kanak-kanak denga prinsip moral yang berlaku umum dn merumuskannya ke dalam   kode moral yang akan befungsi sebagai pedoman bagi perilakunya. Tidak kalah pentingnya, sekarang remaja harus mengendalikan erilakunya sendiri. Mitchell meringkas lima perubahan dasar dalam moral yang harus dilakukan oleh remaja, yaitu :
a.       Pandangan moral individu makin lama makin menjadi leboh abstark dan kuang konkrit.
b.      Keyakinan moral lebih terpusat pada apa yang benar dan kurang pada apa yang salah. Keadilan muncul sebagai kekuatan moral yang domoinan.
c.       Penlaian moral menjadi semakin kogniif. Ini mendorong lebih berani menganalisis kode-kode social dank ode pribadi daripad masa kanak-kanak an berani mengambil keputusan terhadap berbagai masalah moral yang dhadapinya.
d.      Penilaian moral menjai kurang egosentris.
e.       Penilaian moral secara psikologis menjadi lebih mahal dalam arti bahwa penilaian moral merupakan bahan emosi dan menimulkan ketegangan psikologis.
Sekarang remaja diharapkan mampu mempertimbangkan semua kemungkinan untuk menyelesaikan suatu maslah dan mempertanggungjawabkan berdasarkan suatu hipotesis. Jadi ia dapat memandang masalahnya dari beberapa sudut pandang dan menyelesaikannya dengan mengambil banyak fktor sebagai dasar pertimbangan. Menurut Kohlberg “moralitas pascakonvensional” harus dicapai pada masa remaja. Tahap ini merupakan tahap menerima sendiri jumlah prinsip dan terdiri dari dua tahap. Tahap pertama individu yakin bahwa harus ada kelenturan dalam keyakinan moral sehingga dimunginkan adanya perbaikan dan perubahan standar moral. Tahap kedua individu menyesuaikan diri dengan standar moral dan ideal yang diinternalisasi lebih untuk menghindari hukuman terhadap dirinya. Dalam tahap ini, moral didasarkan rasa hormat kepada orang-orang lain dan bukan kepada keinginan yang bersifat pribadi.
Sekalipun dengan dasar terbaik, ketiga tugas pokok dalam mencapai moralitas dewasa, yaitu mengganti konsep moral khusu dengan konsep moral umum, merumuskan kosep yang baru dikembangkan ke dalam kode moral sebagai pedoman tingkah laku, dan melakukan pegendalian trhadap perilaku sendiri, merupakan tugas yang sulit bagi remaja. Beberapa remaja tidak berhasil melakuakan peralihan kedalam tahap moralitas dewasa. Remaja lainnya tidak hanya gagal melakukan peralihan, tetapi juga membentuk kode moral berdasarkan konsep moral yang secara social tidak dapat diterima.

C.    Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Moral
Menurut Kohlberg (dalam Janssens, 1992) ada 3 faktor umum yang mempengaruhi atau memberi kontribusi pada perkembangan moral :
1.      Kesempatan pengambilan peran
Perkembangan pealaran moral meningkat ketika seseorang terlibat dalam situasi dimana seseorang mengambil perspektif social.
2.      Situasi moral
Setiap lingkungan social dikarakteristikkan sebagai hak dan kewajiban yang fundamentaldan melibatkan kepuusan. Dalam beberapa lingkungan, keputusan diambil dengan aturan, tradisi, hokum atau figure otoritas.
3.      Konflik moral kognitif
Yaitu merupakan pertentangan penalaran moral seseorang dengan orang lain.













BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Moral merupakan hal mutlak yang harus dimiliki stiap orang. Moral adalah perbuatan/tingkah laku/ ucapan seeorang dalam berinterksi dengan manusia. Penilain moral sendiri diukur dari kebudayaan masyarakat setempat.
Kohlberg mengemukakan enam tahap (stadium) perkembangan moral dalam tiga tingkatan secara universal dan dalam urutan tertentu :
1.      Prakonvensional
2.      Konvensional
3.      Post-konvensional
Beberapa faktor yang mempengaruhi perkembangan moral adalah:
1.      Kesempatan pengambilan peran
2.      Situasi moral
3.      Konflik moral kognitif

B.     Daftar Pustaka
1.      Husdarta & Kusmaedi Nurlan.2010. Pertumbuhan dan Perkembangan Peserta Didik (Olahraga & Kesehatan). Bandung: ALFABETA, cv.
2.      Mar’at Samsunuwiyati. 2005. Psikologi Perkembangan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
3.       Sunarto & Hartono Agung.2008. Perkembangan Peserta Didik.  Jakarta: PT. Rineka Cipta.










Tidak ada komentar:

Posting Komentar