Kamis, 11 Mei 2017

Pengambilan Keputusan

BAB I
PENDAHULUAN

    1. Latar Belakang
Sepanjang hidupnya, manusia selalu dihadapkan pada pilihan-pilihan atau optimasi dan pengambilan keputusan. Hal ini sejalan dengan teori real life choice, yang menyatakan dalam kehidupan sehari-hari manusia melakukan atau membuat pilihan-pilihan diantara sejumlah pilihan untuk dioptimasi. Pilihan-pilihan tersebut berkaitan dalam penyelesaian masalah yakni upaya untuk menutup terjadinya kesenjangan antara keadaan saat ini dari keadaan yang diinginkan.
Pengambilan keputusan adalah akhir proses panjang tentang identifikasi masalah, penetapan persyaratan pemecahan masalah, identifikasi alternatif, optimasi masalah dan penilaian strategi penyelesaian masalah. Situasi pengambilan keputusan yang dihadapi seseorang akan mempengaruhi keberhasilan suatu pengambilan keputusan. Setelah seseorang berada dalam situasi pengambilan keputusan maka selanjutnya dia akan melakukan tindakan untuk mempertimbangkan, menganalisa, melakukan prediksi dan menjatuhkan pilihan terhadap alternatif yang ada.
Dalam tahap ini reaksi individu yang satu dengan yang lain berbeda-beda sessuai dengan kondisi masing-masing individu. Ada individu yang dapat segera menentukan sikap terhadap pertimbangan yang telah dilakukan, namun ada juga individu lain yang tampaknya mengalami kesulitan untuk menentukan sikapnya.
    1. Rumusan Masalah
  1. Apa pengertian dari pengambilan keputusan?
  2. Apa pengertian dari optimasi?
  3. Apa saja jenis-jenis pengambilan keputusan?
  4. Apa langkah-langkah pengambilan keputusan?
  5. Apa saja gaya pengambilan keputusan?
  6. Apa saja model pengambilan keputusan?
  7. Apa saja kondisi yang mempengaruhi pembuatan keputusan?

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Pengambilan Keputusan
Pada umumnya para ahli sepakat bahwa kata keputusan (decision) berarti pilihan (choise), yaitu pilihan dari dua atau lebih alternatif. Hal ini dikemukakan oleh Robbins, bahwa “decision making is process in which one choose between two or more alternative” yang artinya adalah proses memilih dua alternatif atau lebih, biasanya pilihan yang ditetapkan didasarkan pada pertimbangan rasional yang memiliki keutamaan lebih banyak bagi organisasi. Namun perlu diingat bahwa keputusan atau pilihan ini diambil bukan berdasarkan benar atau salah tetapi pilihan antar “hampir benar” dan “mungkin salah”.
Sedangkan keputusan Morgan dan Carullo mendefinisikan keputusan adalah sebuah kesimpulan yang dicapai sesudah dilakukan pertimbangan-pertimbangan, yang terjadi setelah satu kemungkinan dipilih sementara yang lain dikesampingkan. Maka dalam hal ini keputusan dapat dikatakan sebagai hasil dari suatu proses pemikiran yang berupa pilihan satu dari beberapa alternatif  yang dapat digunakan untuk memecahkan masalah yang dihadapi. Pilihan itu bisa saja salah mungkin saja benar. Secara umum, pengertian pengambilan keputusan telah dikemukakan oleh banyak ahli, diantaranya adalah :
  1. G. R. Terry, mengemukakan bahwa pengambila keputusan adalah sebagai pemilihan yang didasarkan kriteria tertentu atas dua atau lebih alternatif.
  2. Claude S. Goerge Jr, mengatakan proses pengambilan keputusan itu dikerjakan oleh kebanyakan manajer berupa suatu kesadaran, kegiatan pemikiran yang temasuk pertimbangan, penilaian dan pemilihan diantara sejumlah alternatif.

Dari pengertian itu pengambilan keputusan adalah proses kesadar, kegiatan pemikiran yang termasuk pertimbangan, penilaian dan pemilihan alternatif cara bertindak dari berbagai alternatif yang tersedia berdasarkan fakta dan data untuk memecahkan masalah.


2.2 Pengertian Alternatif
Arti kata Alternatif adalah pikihan lain yang ditujukan untuk memudahkan individu dalam memilih keputusan apa yang akan diambil jika pilihan pertama tidak memungkinkan.

2.3 Jenis-jenis Pengambilan Keputusan Individual: Model Optimasi
  1. Stuktur
Dilihat dari segi struktur, ruang lingkup dan tingkat pembuatan keputusan, maka keputusan dapat dibagi menjadi dua kelompok: pertama, keputusan terprogram, yaitu keputusan rutin atau keputusan repertitif yang ditangani melalui proses standart dan optimasi untuk mendapatkan hasil yang ideal; dan kedua, keputusan tidak terprogram, yaitu keputusan satu kali, tidak terstruktur, ditangani melalui pemecahan masalah yang umum dan dengan optimasi yang efektif.
  1. Pembuatan Keputusan
Ditinjau dari pembuatan keputusan, keputusan terprogram biasanya dibuat oleh individu dengan rencana-rencana yang sudah dibuatnya, dan sebaliknya keputusan-keputusan besar yang tidak terprogram dan yang mempunyai dampak luas terhadap orang lain  atau disebut juga dengan keputusan strategik, umumnya dibuat oleh individu dengan tingkatan pemikiran yang tinggi. Semakin tinggi kedudukan pengambilan keputusan, semakin luas ruang lingkup keputusan yang dibuatnya, yang juga berarti semakin luas dampaknya terhadap organisasi dan masyarakat.
  1. Waktu dan keterampilan
Dari segi waktunya banyak para ahli membagi keputusan kedalam tiga macam keputusan: pertama, Keputusan jangka Panjang, kedua, Keputusan jangka menengah dan ketiga, keputusan jangka pendek. Selanjutnya dilihat dari segi kemampuan atau keterampilan keputusan terstruktur lebih mudah dan lebih cepat; sedangkan keputusan yang tidak terstruktur memerlukan kecakapan, pengalaman, waktu yang lebih panjang dan lama

  1. Jenisnya
Dilihat dari segi jenisnya menurut Mangkusubroto dan Trisnadi, keputusan dapat dibagi menjadi: Keputusan strategik, Keputusan taktis, dan keputusan operasional
2.4 Langkah-langkah Pengambilan Keputusan
Sebuah penelitian yang dilakukan oleh John Adair terhadap para individu tentang pengambil keputusan, dengan membuat daftar-daftar tahapan yang akan mereka lakukan bila mereka harus mengambil keputusan atau memecahkan persoalan. Kesimpulan yang diperoleh dari penelitian tersbut terhimpun dalam lima rencana pokok, yaitu :
  1. Membuat spesifikasi sasaran dengan meyakini perlunya mengambil keputusan.
  2. Menghinpun Informasi dan mengorganisasi data, mencek data dan opini.
  3. Mengidentifikasi sebab-sebab yang mungkin menentukan kendala waktu danberbagai kriteria lain.
  4. Mengembangkan opsi dan membuat daftar arus tindakan yang mungkin  menghasilkan gagasan-gagasan.
  5. Mengevaluasi dan memutuskan dan membuat daftar pro dan kontra.

Pendapat-pendapat lain yang hampir sama dengan pendapat di atas dalam Proses Pengambilan Keputusan dikemukakan oleh para ahli, seperti Menurut G. R. Terry :
  1. Merumuskan problem yang dihadapi.
  2. Menganalisa problem tersebut.
  3. Menetapkan sejumlah alternatif.
  4. Mengevaluasi alternatif.
  5. Memilih alternatif keputusan yang akan dilaksanakan.

Sementara menurut Menurut Peter Drucer :
  1. Menetapkan masalah.
  2. Manganalisa masalah.
  3. Mengembangkan alternatif.
  4. Mengambil keputusan yang tepat.
  5. Mengambil keputusan menjadi tindakan efektif Implikasi dalam bidang pendidikan.

Berbagai macam permasalahan dalam pengambilan keputusan sering disebabkan kesalahan dalam mengidentifikasi atau kurang adanya pengoptimalan terhadap jenis masalah yang dihadapi. Jenis-jenis masalah tersebut memberikan pemahamam kepada para individu untuk menentukan terlebih dahulu keputusan apa yang akan diambil. Bila keputusan itu sangat besar pengaruhnya terhadap masyarakat maka sebaiknya dalam mengambil keputusan secara musyawarah.

2.5 Gaya Pengambilan Keputusan
Ada empat gaya pengambilan keputusan: direktif, analitik, konseptual, dan perilaku :
1. Gaya Direktif; Pembuat keputusan gaya direktif mempunyai toleransi rendah pada ambiguitas, dan berorientasi pada tugas dan masalah teknis. Pembuat keputusan ini cenderung lebih efisien, logis, pragmatis dan sistematis dalam memecahkan masalah. Pembuat keputusan direktif juga berfokus pada fakta dan menyelesaikan segala sesuatu dengan cepat. Mereka berorientasi pada tindakan, cenderung mempunyai fokus jangka pendek, suka menggunakan kekuasaan, ingin mengontrol, dan secan menampilkan gaya kepemimpinan otokratis.
2. Gaya Analitik; Pembuat keputusan gaya analitik mempunyai toleransi yang tinggi untuk ambiguitas dan tugas yang kuat serta orientasi teknis. Jenis ini suka menganalisis situasi; pada kenyataannya, mereka cenderung terlalu menganalisis sesuatu. Mereka mengevaluasi lebih banyak informasi dan alternatif darpada pembuat keputusan direktif. Mereka juga memerlukan waktu lama untuk mengambil kepuputusan mereka merespons situasi baru atau tidak menentu dengan baik. Mereka juga cenderung mempunyai gaya kepemimpinan otokratis.
3. Gaya Konseptual; Pembuat keputusan gaya konseptual mempunyai toleransi tinggi untuk ambiguitas, orang yang kuat dan peduli pada lingkungan sosial. Mereka berpandangan luas dalam memecahkan masalah dan suka mempertimbangkan banyak pilihan dan kemungkinan masa mendatang. Pembuat keputusan ini membahas sesuatu dengan orang sebanyak mungkin untuk mendapat sejumlah informasi dan kemudian mengandalkan intuisi dalam mengambil keputusan. Pembuat keputusan konseptual juga berani mengambil risiko dan cenderung bagus dalam menemukan solusi yang kreatif atas masalah. Akan tetapi, pada saat bersamaan, mereka dapat membantu mengembangkan pendekatan idealistis dan ketidakpastian dalam pengambilan keputusan.
4. Gaya Perilaku; Pembuat keputusan gaya perilaku ditandai dengan toleransi ambiguitas yang rendah, orang yang kuat dan peduli lingkungan sosial. Pembuat keputusan cenderung bekerja dengan baik dengan orang lain dan menyukai situasi keterbukaan dalam pertukaran pendapat. Mereka cenderung menerima saran, sportif dan bersahabat, dan menyukai informasi verbal dari pada tulisan. Mereka cenderung menghindari konflik dan sepenuhnya peduli dengan kebahagiaan orang lain. Akibatnya, pembuat keputusan mempunyai kesulitan untuk berkata 'tidak' kepada orang lain, dan mereka tidak membuat keputusan yang tegas, terutama saat hasil keputusan akan membuat orang sedih.

2.6 Model Pengambilan Keputusan
Biasanya, pendekatan yang digunakan seorang manajer tatkala mengambil keputusan jatuh ke dalam tiga kategori : (1) Model Klasik, (2) Model Administratif, dan (3) Model Politik. Pilihan atas setiap model bergantung pada pilihan personal tiap manajer, apakah keputusan Terprogram atau Tidak Terprogram, dan karakter situasi seperti risiko, ketidakpastian, atau ambiguitas.
  1. Model Klasik. Model ini didasarkan atas asumsi bahwa individu seharusnya membuat keputusan-keputusan yang masuk akal yang sekaligus merupakan kepentingan ekonomi terbaik bagi orang yang dapat terpengaruh. Model ini berdasarkan atas 4 asumsi (anggapan dasar) yaitu:
    1. Pembuat keputusan bertindak untuk memenuhi tujuan yang diketahui dan disetujui. Masalah diformulasikan dan didefinisikan secara tepat.
    2. Pembuat keputusan menghadapi situasi kepastian, beroleh informasi lengkap. Seluruh alternatif dan pemetaan hasil dapat dikalkulasi.
    3. Kriteria pengevaluasian alternati diketahui. Pembuat keputusan memilih alternatif yang akan memaksimalkan hasil ekonomi bagi orang lain.
    4. Pembuat keputusan bercorak rasional dan menggunakan logika dalam menghadapi nilai-nilai, meminta pilihan, mengevaluasi alternatif, dan membuat keputusan yang akan memaksimalkan pencapaian tujuan orang lain.

Model Klasik juga disebut model normatif karena menjelaskan bagaimana pembuat keputusan seharusnya membuat keputusan. Ia bukan menjelaskan bagaimana individual sesungguhnya membuat keputusan. Guna dari model klasik ini adalah kemampuannya membantu individual untuk membuat manajer bersikap rasional atau lebih rasional lagi, karena banyak individual cenderung membuat keputusan berdasarkan intuisi dan pilihan pribadi.


  1. Model Administratif. Model ini menjelaskan bagaimana individu sesungguhnya membuat keputusan dalam situasi yang dicirikan oleh keputusan Tidak Terprogram, ketidakpastian, dan ambiguitas. Model ini muncul karena banyak keputusan manajerial bukanlah bercorak Terprogram dan manajer tidak mampu membuat keputusan yang rasional secara ekonomi kendatipun mereka menginginkannya. Model Administratif dalam pembuatan keputusan didasarkan atas karya Herbert Alexander Simon. Simon mengajukan dua konsep yang dapat digunakan dalam membentuk model administratif: (1) Rasionalitas Terbatas dan (2) Pemuasan.
    1. Rasionalitas Terbatas adalah konsep bahwa orang hanya punya waktu dan kemampuan kognitif (mengetahui) yang terbatas dalam memproses informasi yang mendasari suatu keputusan. Keterbatasan seorang manajer untuk memproses informasi organisasi yang rumit dan terbatasnya waktu yang mereka miliki adalah dasar dari Rasionalitas Terbatas.
    2. Pemuasan adalah pembuat keputusan memilih alternatif solusi pertama yang memuaskan kriteria keputusan yang minimal. Ketimbang mempelajari seluruh alternatif untuk menjawab satu permasalahan, manajer akan memilih solusi pertama yang muncul guna menjawab permasalahan, kendati pada alternatif lainnya solusi yang lebih baik mungkin akan ditemui. Manajer tidak dapat mengendalikan waktu dan biaya untuk menganalisis seluruh alternatif jawaban. Asumsi Model Administratif adalah:
  1. Tujuan keputusan kerap konfliktual dan kurang konsensus di antara para manajer. Manajer kerap kurang tanggap atas masalah dan peluang yang ada dalam organisasi.
  2. Prosedur rasional tidak selalu digunakan, yang kendatipun ada, mereka dianggap pandangan yang simplistik atas masalah yang tidak mampu menangkap kerumitan organisasi yang sesungguhnya.
  3. Pencarian manajer atas alternatif terbatas akibat hambatan manusia, informasi, dan sumber daya.
  4. Sebagian besar manajer cenderung pada solusi pemuasan ketimbang maksimal, sebagian akibat mereka hanya punya informasi terbatas dan sebagian karena mereka hanya mengenali kriteria yang mereka pahami saja.

Model Administratif juga menggunakan intuisi. Intuisi adalah pengenalan instant atas situasi keputusan berdasar pengalaman manajer sebelumnya tetapi tanpat pemikiran yang sadar. Pembuatan keputusan secara intuitif bukanlah irasional karena ia didasarkan pada pengalaman bertahun-tahun dan penanganan langsung atas masalah oleh seorang manajer.


  1. Model Politik. Model ini berguna untuk membuat keputusan Tidak Terprogram dengan kondisi ketidakmenentuan, terbatasnya informasi, dan manajer saling berbantahan seputar tujuan yang hendak dicapai atau tindakan apa yang harus dibuat. Dalam organisasi, kerap masing-masing manajer mengejar tujuan yang berbeda dan mereka harus bicara satu sama lain untuk sharing informasi dan meraih kesepakatan.Untuk membangun kesepakatan dan mengejar tujuan, para manajer membangun koalisi. Koalisi adalah aliansi informal di antara para manajer yang mendukung tujuan spesifik yang sama. Model Politik paling mendekati situasi pembuatan keputusan yang sesungguhnya. Asumsi yang mendasari model ini adalah:
    1. Organisasi terdiri atas sejumlah kelompok yang beda kepentingan, tujuan, dan nilai-nilai. Para manajer menunjukkan kondisi saling tidak setuju, punya prioritas sendiri-sendiri, dan mungkin tidak saling memahami berbagai tujuan dari pengambilan keputusan tersebut.
    2. Informasi bersifat ambigu dan tidak lengkap. Upaya untuk rasional dibatasi oleh kerumitan dari sejumlah masalah seperti halnya dengan hambatan-hambatan personal dan keorganisasian.
    3. Manajer tidak punya waktu, sumber daya atau kapasitas mental untuk mengidentifikasi seluruh dimensi masalah dan memproses infomasi-informasi yang relevan. Manajer saling bicara satu sama lain dan bertukar sudut pandang guna memperoleh informasi dan mengurangi ambiguitas.
    4. Manajer terlibat dalam tarik ulur perdebatan untuk memutuskan tujuan pengambilan keputusan seraya mendiskusikan alternatif keputusan. Keputusan yang dihasilkan adalah hasil tawar menawar dan diskusi di antara anggota koalisi. 
2.7 Kondisi yang Mempengaruhi Pembuatan Keputusan
Terdapat sejumlah kondisi yang mempengaruhi keputusan-keputusan yang diambil seorang manajer. Berdasarkan sifatnya, keputusan dapat dikategorikan sebagai keputusan (1) Terprogram dan (2) Tidak Terprogram. Berdasarkan kemungkinan kegagalannya, keputusan dibuat dalam kondisi: (1) Kepastian, (2) Risiko, (3) Ketidakpastian, dan (4) Ambiguitas. Semakin mendekati situasi pasti, gagalnya suatu keputusan untuk menyelesaikan masalah semakin rendah. Semakin mendekati situasi ambiguitas, gagalnya suatu keputusan untuk menyelesaikan masalah semakin tinggi. Semakin mendekati situasi kepastian, keputusan terprogram bisa dilaksanakan. Semakin mendekati situasi ambiguitas, keputusan tidak terprogram kerap harus dibuat.
  1. Keputusan Terprogram. Keputusan ini melibatkan situasi yang kerap terjadi sehingga memungkinkan suatu keputusan dikembangkan dan diterapkan di masa mendatang. Keputusan ini merupakan respon atas masalah yang berulangkali muncul. Termasuk ke dalamnya, misalnya, keputusan untuk memperbaharui stok kertas dan alat tulis mingguan atau bulanan. Keputusan Terprogram memungkinkan manajer mendelegasikannya kepada bawahan sehingga ia bisa fokus pada masalah lain.
  2. Keputusan Tidak Terprogram. Keputusan ini dibuat sebagai respon atas situasi unik, kurang didefinisikan, tidak terstruktur, dan punya konsekuensi besar atas organisasi. Keputusan untuk membuat pabrik baru, membuat produk baru, memasuki wilayah pasar baru, atau memindahkan kantor ke lain lokasi merupakan misal dari Keputusan Tak Terprogram.
  3. Kepastian. Artinya seluruh informasi yang dibutuhkan pembuat keputusan tersedia. Manajer punya informasi seputar kondisi operasional, biaya sumberdaya atau hambatan, sehingga keputusan bisa diambil dan dilaksanakan lewat serangkaian tindakan yang terukur.
  4. Risiko. Artinya keputusan punya tujuan jelas dan dan informasi tersedia, tetapi hasil di masa datang dari setiap alternatif dalam kemungkinan berubah. Kendati demikian, informasi yang mencukupi tersedia untuk memungkinkan hasil yang diharapkan bagi setiap alternatif. Misalnya, untuk memutuskan lokasi baru McDonald dapat menganalisasi aspek demografi, pola lalu lintas, persediaan barang, dan kompetisi yang potensialbagi setiap alternatif lokasi yang mereka miliki.
  5. Ketidakpastian. Artinya manajer tahu tujuan apa yang mereka ingin capai, tetapi informasi alternatif dan peristiwa di masa datang tidak lengkap. Manajer tidak punya informasi yang cukup seputar alternatif atau menaksir risiko. Faktor-faktor yang berdampak pada keputusan misalnya harga, biaya produksi, volume, atau tingkat suku bunga di masa datang sulit dianalisa dan diprediksi. Manajer mungkin harus membuat asumsi guna memaksakan sebuah keputusan, tetapi jika asumsi salah, keputusan juga bisa salah.
  6. Ambiguitas. Artinya tujuan yang hendak dicapai atau masalah yang hendak diselesaikan tidak jelas, alternatif sulit ditentukan, dan informasi seputar hasil tidak tersedia. Ambiguitas tampak seperti apa yang dirasakan siswa tatkala guru membentuk kelompok tetapi tidak memberi topik bahasan, arahan, atau tugas-tugas sehingga siswa meraba-raba apa yang diinginkan si guru.


BAB III
PENUTUP

Kesimpulan

Pengambilan keputusan memiliki peran yang sangat penting dalam rangka menghasilkan kebijakan-kebijakan. Walaupun keputusan yang diambil mungkin benar dan mungkin salah serta tidak akan memuaskan semua pihak, namun sebagai individu yang mengambil keputusan harus berusaha menerapkan prinsip-prinsip musyawarah dan keadilan sehingga bisa mencapai tujuan yang ditetapkan. Beragam model dalam pengambilan keputusan tergantung pada sifat masalah, situasi dan kondisi, ruang lingkup, tingkat pembuatan keptusan, jenis dan waktu pengambilan keputusan itu. Hal-hal ini sangat berpengaruh bagaimana keputusan harus diambil sesuai dengan model-model pengambilan keputusan.















DAFTAR RUJUKAN
Stephen P. Robbins and Mary Coulter, Management, 9th Editon (Uttar Pradesh:
Dorling Kindersley, 2009) p.157

dalam.html , diakses pada 06-05-2015 13.18 WIB
pendidikan.html  , diakses tanggal  06 – 05- 2015, 11.38 WIB








Tidak ada komentar:

Posting Komentar