Selasa, 25 April 2017

Tipe dan Gaya Kepemimpinan

BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
Dari segi manajemen kepemimpinan diartikan sebagai kemampuan untuk mempengaruhi dan menggerakan orang lain agar rela, mampu dan dapat mengikuti keinginan manajemen demi tercapainya tujuan yang telah ditentukan sebelumnya dengan, efektif, efisien dan ekonomis (Siagian: 1983, hal: 97).
Kepemimpinan merupakan faktor terpenting dalam sebuah organisasi maupun manajemen. Kepemimpinan merupakan hal yang vital karena yang menentukan arah dan tujuan, memberikan bimbingan dan menciptakan iklim organisasi yang mendukung pelaksanaan proses kegiatansuatu organisasi. Pemimpin juga yang berpengaruh terhadap  maju atau mundurnya sebuah organisasi yang di pimpinya. Dalam kepemimpinanya pemimpin memiliki tipe dan gaya yang berbeda-beda. oleh sebab itu makalah ini akan membahas tentang tipe dan gaya kepemimpinan.

1.2  Rumusan Masalah
1.      Apa definisi kepemimpinan pendidikan?
2.      Apa saja gaya dan tipe-tipe kepemimpinan?
3.      Bagaimana menciptakan kepemimpinan pendidikan yang demokratis?
4.      Apa saja sistem-sistem manajemen Likert?

1.3  Tujuan Pembahasan
1.      Menginformasikan definisi kepemimpinan pendidikan.
2.      Menjabarkan gaya dan tipe-tipe kepemimpinan.
3.      Menjelaskan bagaimana menciptakan kepemimpinan pendidikan yang demokratis.
4.      Memaparkann sistem-sistem manajemen Likert.



BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Definisi Kepemimpinan Pendidikan
            Kepemimpinan merupakan suatu kemampuan dan kesiapan seseorang untuk mempengaruhi, membimbing dan mengarahkan atau mengelola orang lain agar mereka mau berbuat sesuatu semi tercapainya tujuan bersama. Seseorang yang ingin diakui sebagai pemimpin harus memiliki kelebihan dalam beberapa fungsi yakni mempengaruhi, membimbing sampai pada kemampuan mengelola orang lain. Dari segi manajemen, kepemimpinan diartikan sebagai kemampuan untuk mempengaruhi dan menggerakkan orang lain agar rela, mampu, dan dapat mengikuti keinginan manajemen demi tercapainya tujuan yang telah ditentukan sebelumnya dengan efektif, efisien dan ekonomis. (Siagian, 1983, hal. 97).
Memimpin berarti membimbing, mengarahkan, menuntun, dan merintiskan jalan. Tugas pokok pemimpin adalah menolong suatu kelompok dengan segala kemampuan yang dimiliki, untuk mencapai tujuan kelompok itu secara efektif. Pemimpin bukan berdiri di belakang kelompok untuk mendorong dan membangkitkannya, melainkan menempatkan diri mereka di depan kelompok untuk mempermudah dan mendorongnya untuk mencapai tujuan-tujuan organisasi.
Secara garis besar kepemimpinan atau kegiatan memimpin merupakan usaha yang dilakukan oleh seseorang dengan segenap kemampuan yang dimilikinya untuk mempengaruhi, mendorong, mengarahkan dan menggerakkan orang-orang yang akan dipimpin supaya mereka mau bekerja dengan penuh semangat dan kepercayaan dalam mencapai dalam mencapai tujuan-tujuan organisasi.
Sedangkan kepemimpinan pendidikan merupakan suatu kesiapan, kemampuan yang dimiliki oleh seseorang dalam proses mempengaruhi, mendorong, membimbing, mengarahkan dan menggerakkan orang lain yang ada hubungannya dengan pelaksanaan dan pengembangan pendidikan dan pengajaran, agar segenap kegiatan dapat berjalan secara efektif dan efisien, dan dapat mencapai tujuan pendidikan dan pengajaran.
2.2 Gaya dan Tipe-Tipe Kepemimpinan
            Bentuk-bentuk kepemimpinan sering kita jumpai dalam kehidupan masyarakat sehari-hari. Sesuai dengan situasi sekarang dimana kita berada di tengah-tengah perjuangan menuju kesuksesan tujuan pendidikan membutuhkan tipe-tipe pemimpin sebagai pemimpin pendidikan (Official Leader), yang cara kerja dan cara bergaulnya dapat dipertanggungjawabkan dan bisa menggerakkan orang lain untuk turut serta mengerjakan sesuatu yang berguna bagi kehidupannya. Graves memberikan laporan bahwa ada 4 tipe kepemimpinan antara lain:
1.      Type Autoritarian
Pemimpin lebih bersifat ingin berkuasa, suasana di sekolah selalu tegang. Pemimpin sama sekali tidak memberikan kebebasan kepada anggota kelompok untuk turut ambil bagian dalam memutuskan suatu persoalan. Inisiatif dan daya fikir anggota sangat dibatasi sehingga tidak diberi kesempatan untuk mengeluarkan pendapat mereka. Kepala sekolah bebas membuat suatu peraturan sendiri dan harus ditaati dan diikuti oleh anggota, akhirnya tindakan ini tidak bisa menciptakan kegembiraan kerja dari suatu kelompok, sebab bawahan merasa dipermainkan dan tidak adanya harga diri.
2.      Type Laizzes-Faire
Sifat kepemimpinan yang seolah-olah tidak tampak, sebab pada tipe ini seorang pemimpin memberikan kebebasan penuh kepada para anggotanya dalam melaksanakan tugasnya, atau secara tidak langsung segala peraturan, kebijaksanaan (policy) suatu institusi berada di tangan anggota. Anggota kelompok bekerja menurut kehendaknya masing-masing tanpa adanya pedoman kerja yang baik. Disini seorang pemimpin mempunyai keyakinan bahwa dengan memberikan kebebasan yang seluas-luasnya terhadap bawahan, maka semua usahanya akan cepat berhasil.
3.      Tipe Demokratis
Dalam tipe kepemimpinan ini seorang pemimpin selalu mengikutsertakan seluruh anggota kelompoknya dalam mengambil suatu keputusan. Pemimpin yang bersifat demikian akan selalu menghargai pendapat atau kreasi anggotanya yang ada di bawahannya dalam rangka membina sekolahnya. Pemimpin memberikan sebagian kekuasaannya kepada bawahannya, sehingga para bawahan turut bertanggung jawab terhadap pelaksanaan program pendidikan dan pengajaran di sekolah.
Kepala sekolah sebagai seorang pemimpin lebih mementingkan kepentingan bersama dari pada kepentingan sendiri, sehingga terciptalah hubungan dan kerjasama yang baik dan harmonis, saling bantu membantu dalam melaksnakan tugasnya dengan kegembiraan dan kesenangan hati untuk memajukan rencana pendidikan di sekolah.
Kepala sekolah sebagai pemimpin pendidikan hendaknya mempunyai sifat kepemimpinan yang demokratis, unsur-unsur demokrasinya harus Nampak dalam tata kehidupan di sekolah, misalnya:
a.       Kepala sekolah harus menghargai martabat tiap tipe anggota yang mempunyai perbedaan individu.
b.      Kepala sekolah harus menciptakan situasi pekerjaan sedemikian rupa sehingga nampak dalam kelompok yang saling menghargai dan saling menghormati.
c.       Kepala sekolah hendaknya menghargai cara berfikir, meskipun dasar pikiran itu bertentangan dengan pendapat sendiri.
d.      Kepala sekolah hendaknya menghargai kebebasan individu.
Unsur-unsur di atas sangat memegang peranan penting dalam memperkembangkan kepemimpinan kepala sekolah yang selanjutnya bisa kita kenal sebagai “Status Leadership”.
4.      Tipe Pseudo Demokratis
Tipe kepemimpinan yang dimaksudkan adalah demokrasi yang semu, artinya seorang pemimpin yang mempunyai sifat pseudo demokratis hanya menampakkan sikapnya saja yang semokratis, dibalik kata-katanya yang penuh tanggung jawab ada siasat yang sebenarnya merupakan tindakan yang absolut. Pemimpin yang pseudo demokratis penuh dengan manipulasi sehingga pendapatnya sendiri yang harus didetujui.



2.3 Kepemimpinan Pendidikan yang Demokratis
            Untuk mencapai kepemimpinan yang demokratis, maka seorang pemimpin akan menghadapi 2 macam tekanan yaitu:
1.      Tekanan metode otoriter dan tuntutan penyesuaian untuk melaksanakan tugas dan kewajiban.
2.      Tekanan sebagai akibat dari pendapat-pendapat baru dalam berbagai bidang ilmu pengetahuan.
Untuk menyelesaikan persoalan, masyarakat yang demokratis memandang individu dan kelompok sebagai organisme yang dinamis dan kreatif, maka makin terasa keperluan bagi personil sekolah untuk dijadikan dasar dalam proses pengambilan keputusan.
Sifat kepemimpinan yang demokratis pada waktu sekarang terdapat lebih dari lima ratus hasil riset tentang kepemimpinan, jika bahan itu dimanfaatkan dengan baik, maka kita akan dapat mempergunakan sikap kepemimpinan yang baik pula. (R. Iyeng Wiraputra, 1976, hal. 37).
Beberapa pernyataan yang penting diantaranya yaitu:
a.       Kepemimpinan merupakan hasil interaksi antar individu dalam kelompok.
b.      Semua anggota mempunyai potensi untuk memimpin dan memperlihatkan sikap kepemimpinan.
c.       Kepemimpinan berarti beralih dari situasi ke situasi.
d.      Efektivitas sifat kepemimpinan dengan memperhatikan tujuan, produktifitas dalam mencapai tujuan dan pembinaan solidaritas kelompok.
Hasil research menunjukkan bahwa untuk mencapai kepemimpinan yang demokratis, aktivitas pemimpin harus:
1.      Meningkatkan interaksi kelompok dan merencanakan kooperatif.
2.      Menciptakan iklim yang sehat untuk perkembangan individual dan memecahkan pemimpin-pemimpin.
Konsep kepemimpinan yang demokratis harus dapat dibuktikan kepemimpinannya dengan arah tindakan, dimana:
1)      Kebebasan berfikir seseorang atau kelompok menghasilkan tindakan yang bertanggung jawab.
2)      Perbedaan penilaian dan kepercayaan dapat memanfaatkan perbedaan itu untuk lebih mendekati kebenaran.
3)      Motivasi, perasaan dan semtimen orang-orang untuk mengarahkan kepada pemecahan masalah-masalah.
4)      Kelompok-kelompok dapat mencari pertimbangan antara kepentingan kelompok dan kepentingan umum.
5)      Orang-orang memakai kecakapannya dengan efektif dalam menyelesaikan masalah.
6)      Orang-orang tidak hanya memakai sumber intern, tetapi meluas keluar untuk melaksanakan imajinasi, inisiatif dan kreatifitas dalam menetapkan dan memecahkan masalah.

2.4 Sistem-Sistem Manajemen Likert
Penelitian Likert melahirkan sejumlah ide dan pendekatan yang sangat penting dalam memahami tingkah laku kepemimpinan seorang “proponent” manajemen partisipasi bahwa manajer efektif sebagaimana diorientasikan secara kuat ke arah bawahan, tergantung pada komunikasi dalam rangka mempertahankan peserta atau kelompok agar dapat bekerjasama satu sama lain.
Manajer atau pemimpin memerlukan suatu hubungan yang suportif untuk melakukan sharing di dalam kebutuhan bersama, nilai-nilai, aspirasi, tujuan, dan harapan satu sama lain. Hal tersebut merupakan faktor pendorong, maka pendekatan tersebut dipandang oleh Likert sebagai cara yang efektif untuk memimpin kelompok.
Likert berasumsi adanya 4 sistem manajemen:
a.       Expoitive-authoritative
Manajer-manajer yang termasuk sangat otoriter, tidak begitu percaya pada bawahan, memotivasi orang dengan cara mengancam dan memberikan hukuman dengan akibat-akibat tertentu pada suatu ketika, komunikasi hanya dari atas ke bawah, membatasi pembuatan keputusan pada tingkat puncak saja dan selalu memperhatikan karakteristik yang sama.


b.      Benevolent-authoritative
Pemimpin ini merendahkan diri dan kepercayaan terhadap bawahan mereka, me,berikan motivasi berupa hadiah dan hukuman tertentu, masih mentolerir sedikit komunikasi dari bawah ke atas, memohon ide dan terkadang mendelegaasikan proses pengambilan keputusan tetapi disertai dengan control kebijakan yang ketat.
c.       Consultative
Manajer ini kepercayaan yang kuat terhadap bawahannya namun tidak seluruhnya diberikan. Berusaha memanfaatkan ide dan opini anggota secara konstruktif, mengadakan motivasi dengan cara memberikan hadiah, hukuman dan partisipasi. Penetapan kebijakan pokok dan keputusan umum pada tingkat pimpinan dengan keputusan-keputusan yang lebih spesifik oleh level dibawahnya dan melakukan proses konsultasi.
d.      Participative group
Manajer bersifat partisipatif daripada yang lainnya, para pemimpin mempunyai kepercayaan yang penuh atas pengikut mereka. Menampung ide dan opini bawahan serta menggunakannya secara konstruktif. Memberikan hadiah yang sifatnya ekonomis berdasarkan pada partisipasi kelompok dan keterlibatan dalam penetapan tujuan. Komunikasi yang digunakan banyak arah antara pemimpin maupun sesama bawahan. Merangsang keterlibatan dalam proses pengambilan keputusan.











BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kepemimpinan pendidikan merupakan suatu kesiapan, kemampuan yang dimiliki oleh seseorang dalam proses mempengaruhi, mendorong, membimbing, mengarahkan dan menggerakkan orang lain yang ada hubungannya dengan pelaksanaan dan pengembangan pendidikan dan pengajaran, agar segenap kegiatan dapat berjalan secara efektif dan efisien, dan dapat mencapai tujuan pendidikan dan pengajaran.
Ada empat type kepemimpinan yang ada yaitu Type Autoritarian, Type Laizzes-Faire, Tipe Demokratis, Tipe Pseudo Demokratis. Dari keempat type tersebut yang paling cocok diterapkan adalah Type Demokratis, karena dalam Kepemimpinan Type Demokratis Kepala sekolah sebagai seorang pemimpin lebih mementingkan kepentingan bersama dari pada kepentingan sendiri, sehingga terciptalah hubungan dan kerjasama yang baik dan harmonis, saling bantu membantu dalam melaksnakan tugasnya dengan kegembiraan dan kesenangan hati untuk memajukan rencana pendidikan di sekolah.
            Untuk mencapai kepemimpinan yang demokratis, maka seorang pemimpin akan menghadapi 2 macam tekanan, yaitu tekanan metode otoriter dan tuntutan penyesuaian untuk melaksanakan tugas dan kewajiban, serta tekanan sebagai akibat dari pendapat-pendapat baru dalam berbagai bidang ilmu pengetahuan.

3.2 Saran
            Untuk menerapkan type demokratis dalam sekolah sebaiknya kepala sekolah tetap menjaga komunikasi yang baik dalam banyak arah antara pemimpin maupun sesama bawahan, agar dapat mencapai tujuan dan rencana pendidikan sekolah secara efektif dan efisien. Seorang pemimpin, seharusnya menghindari sikap egois




DAFTAR RUJUKAN


Burhanuddin. 1994. Analisis Administrasi Manajemen dan Kepemimpinan Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
Soetopo, H. 2010. Kepemimpinan Pendidikan. Malang: Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Malang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar